Bubbly-Blog,
Pasti setiap orang pernah merindukan
seseorang.
Ya, saya juga mungkin sedang merindukan
seseorang.
Kalau misalnya kita setiap hari ketemu, ini
gak.
Setiap hari ngobrol, ini gak.
“Tidak tercium aroma basah.
Saat tetesan air bersentuhan dengan rumput.
Aroma pinus.
Segar.
Tidak tercium aroma basah.
Apa tanah itu merindukannya?
Apa tanah merindukan hujan?
Lalu kemudian hening.
Murai juga tak berlagu.
Seperti bukan hutan.
Tongeret sedang demam.
Tidak berhasrat untuk berdendang.
Dan tetap hening.
Pelangi tidak datang.
Matahari tidak sepenuhnya bisa akur.
Hujan harus turun. Agar pelangi bisa
mengeluarkan bias warnanya.
Tiga dari tujuh yang dihapalkan.
Tetap dilangit yang biru.
Tapi langit hanya biru.
Pelangi tidak datang.
Pertanda merindukan hujan,
yang menyenandungkan nada.
Menyanyikan keajaiban yang baik.
Hanya mampu memendam rasa,
Sebut saja, Rindu”
“Tell me
how am I supposed to breath. When losing you is choking me?”
Tapi itulah.
Ah, saya sih bukan seorang penyair yang mahir.
Hanya mengungkapkan apa yang saya rasakan.
“When
you’re gone, The words I need to hear to always get me through the day and make
it OK. I miss you”
“Kangen sama siapa, Ma?”
“Kangen sama Ibu. Maunya sama siapa?”
*nananana
Bandung, 17 Mei 2013.
Risma Dwi MW
No comments:
Post a Comment