Bubbly-Blog, saya pernah beberapa kali
mendatangi bioskop dan nonton sendirian.
Eh, bukan. Bukan berarti saya gak punya teman.
Bisa aja sih kalau saya minta ditemenin.
Tapi, saya sering melakukan perjalanan sendiri
gitu. Jadi semacam me-refresh otak.
Melakukan hal yang mau saya lakukan.
Sendirian.
Kadang asik loh.
Pernah beberapa kali saya makan di salah satu
tempat yang cukup terkenal, sendirian.
Makan sambil baca buku, memesan apa yang saya
mau, berdiam selama apapun sesuka hati, dan mulai menjadi pemerhati lingkungan
sekitar, dengan tersenyum. (walau tidak sedikit yang melihat dengan pandangan
aneh -.-)
Asik loh. Cobain deh =)
Biasanya kalau saya lagi sendiri pergi begitu
sedang ingin merayakan sesuatu.
Bisa apa saja. Dan ketempat kesukaan orang kesayangan
saya.
Ada sebuah tempat makan kesukaan Ibu saya. Eh,
gak sebuah ding. 2 tempat.
Ibu saya suka banget tempat itu. Jadi kadang
saya suka kesana, sendiri. Mengenang kenangan indahlah ceritanya.
Kalau gak makan, nonton bioskop. Sendirian
juga.
Bisa sukasuka kita kan tuh milihnya. Mau
nonton apa, yang jam berapa, nunggu dimana, bebas banget.
Nah, kemarin ini, saya nonton salah satu film
yang sedang booming.
Film Indonesia berjudul ‘Cinta Brontosaurus’.
Mungkin karena penulis naskahnya adalah salah
satu penulis yang saya suka kali ya. Karena jarang saya nonton film Indonesia
di bioskop.
Dan semua bukunya saya punya.
Saya suka karena setiap buku yang dia tulis, ada
hikmah yang bisa dipetik. Diluar dari kocak dan humor luar biasa yang
terpampang.
Buku yang cukup berkesan untuk saya adalah
Marmut Merah Jambu.
Gara-gara buku itu, saya berani nulis tulisan ini.
Kayaknya saya nulis itu memang lagi mabuk deh
*haha
ANYWAY...
Kita gak bahas tulisan itu ya ditulisan kali
ini.
Pas saya pulang kantor hari rabu lalu, saya
langsung buru-buru keluar kantor. Saya ngejar film yang sore, biar gak terlalu
malam pulangnya.
Nonton sendirian itu tetep asik loh. Bisa ikut
ketawa lepas, gak usah jaim, sesuka hati lah mau ngapain. Malah mungkin bisa
nambah kenalan. Ya minimal teman ngobrol sebelum film diputarlah ya.
Hari itu saya nonton disebelah seorang nenek
dan cucunya.
Nenek itu cerita kalau terakhir dia nonton pas
dia masih kuliah tingkat akhir, punya anak yang kerja di dunia animasi, dan
kesana dateng karena dibujuk cucunya.
Kita sempet ngobrolin beberepa hal tentang
legenda, cerita rakyat, cerita animasi, komentar perbedaan masa lalu dan masa
kini, juga beberapa hal lainnya.
Kadang saya inget lagi, saya kenal baru
beberapa menit yang lalu tapi udah bisa ngobrol begini. Kayaknya bukan saya
yang hebat beradaptasi, tapi nenek itu yang bisa beradaptasi dengan baik.
Awalnya saya takut nenek itu gak ngerti dengan
apa yang akan ditontonnya nanti.
Tapi pada kenyataannya, sang nenek ikut
tertawa ngakak saat film itu diputar.
Beliau mengerti dengan sangat baik. Bahkan
ikut berceloteh seperti yang lain kalau ada adegan yang gak masuk akal.
Oh iya, barangkali cerita, skenario, dan
filmnya yang memang bagus. Bahkan orang tua saja paham tentang ceritanya.
Satu kalimat yang sangat saya suka di film Cinta Brontosaurus,
“Cinta
itu kayak anak kecil. Simpel, gak ada alasan. Hanya ‘Aku sayang Dia’.”
*kira-kira gitu deh
Nonton Cinta Brontosaurus, disebelah nenek
yang nemenin cucunya nonton dan gak diladenin sama cucunya.... ya, cinta tidak
butuh alasan. Termasuk pada siapa saja kan? ;)
Bandung, 13 Mei 2013
Bagusss :)
ReplyDeletejadi ingin nonton dan ajak nenek itu nonton nemenin ule ma hahah
ahahaha..
ReplyDeletenanti bukan nonton, jatuhnya malah ngegosip le haha