ALOHA!!
Bubbly-Blog! Sudah Mei loh. Haduh, keinget
deh, saya belum tutup-buku dan buka-buku-baru untuk keseluruhan -.- *dilema
setiap awal bulan.
Minggu lalu, saya sempat lihat salah satu
siaran televisi program remaja mengenai tembak-menambak.
Tembak-menembak artian sebenarnya loh ya.
Yang pakai senapan itu. Yang senapan laras
panjang atau pistol laras pendek.
Nah, saya pernah tuh berkecimpung di dunia
begitu.
Katanya masuk dalam cabang olahraga (eh
katanya apa kayaknya ya. Gak tau deh haha)
Saya begituan (meh?!) pas tahun 2005 (WOOOOH!!
Sekitar 8 tahun lalu dong. Lama juga ya).
Awalnya gini..
Tetangga saya, sering banget ikutan olimpiade
menembak. Udah melanglang buana sampai ke luar negeri segala (si sasaran tembak
aja ditempel tuh dibelakang tembok rumahnya buat latihan).
Berhubung pas SMP saya gak ikutan
ekstrakurikuler, tetangga saya itu nawarin saya sekolah menembak.
Sekalian
belajar, juga biar ada kegiatan (kasian kali ya, ngeliat saya diem ngebusuk
gitu dirumah).
Didaftarin deh ceritanya.
Tempat latihannya sebelahan dengan komplek
rumah. Di Gor Koni.
Jadilah saya dan bangke latihan setiap sabtu
dan minggu dari jam 3 sore sampai jam 5 sore.
Pas pertama datang kesana, disuruh milih. Apa
mau senapan laras panjang, atau mau pistol laras pendek.
Berdasarkan arahan tetangga saya, saya disuruh
milih pistol laras pendek aja.
Karena senapan laras panjang itu ribet, dan
mahal.
Kebayang dong, kita ‘main’ dengan alat
berbahaya. Otomatis kehatihatiannya ditingkatkan lagi. Harus lebih waspada.
Walaupun peluru yang dipakai itu kecil dan ujung nya gak runcing kayak
peluru-peluru pasangan pistol yang ada di film-film, lumayan loh, bisa bikin
kaki bolong. Meja kayu yang tebel juga bisa sampai bolong. Makanya harus ekstra
hati-hati.
Dibandingkan dengan pistol laras pendek,
senapan laras panjang itu ukurannya lebih besar, lebih panjang, lebih berat.
Kalau kita mau latihan aja, harus pakai baju
khusus, celana khusus dan sepatu khusus. Pakaiannya kayak baju training biasa.
Yang ribet itu harganya. Tetangga saya pernah cerita kalau si pakaian itu
minimal nyiapin uang sepuluh juta.
Gak salah baca kok.
Minimal sepuluh juta.
Gak tau deh aslinya berapa. Belum pernah beli
juga.
Makanya disuruh milih pistol laras pendek aja.
Kalau pakai yang pistol ini, gak ribet sama pakaian.
Bahkan nih ya, gak pakai baju juga boleh kata mentornya hahaha.
Gerakannya juga (apaan gerakan -.-).
Maksudnya, dari si olah tubuh. Aduh apa sih ya. Posisi mungkin lebih tepatnya
ya.
Kalau pakai senapan laras panjang : (kalau gak
kidal, atau sehari-hari terbiasa menggunakan tangan kanan) si posisi badan
menghadap ke kanan, siku tangan kiri ditahan di tulang pinggul bagian kiri,
tangan kanan siap di trigger, larasnya (yang panjang itu) ditahan oleh ruas
ketiga jari tengah dan jari manis yang sudah ditekuk (bayangin aja deh sendiri
hahaha), kepala menghadap kedepan. Tembak!! DOR!
Kalau pistol laras pendek : (kalau gak kidal, atau sehari-hari terbiasa menggunakan tangan kanan) si posisi
badan menyerong 45 derajat ke kiri, kepala menghadap kedepan. Untuk setiap akan
menembak, angkat tangan disesuaikan dengan tarikan napas (biar terasa lebih
ringan), siap-siap bidik. Kalau sudah ngerasa oke punya, Tembak!!
KECE!
*haha
Sesuai dengan cabang olahraga kebanyakan,
olahraga menembak ini juga ada kenaikan tingkat setiap 3 bulan sekali.
Saya waktu itu pernah ikut kenaikan juga. Dari
tingkat 0 ke tingkat dasar.
Naik sih. Walau dengan nilai pas-pasan hahaha.
Hal yang menyenangkan dari menembak itu
sendiri adalah bisa menyalurkan emosi.
Misal kita kesel sama orang, tinggal tempelin
si fotonya di sasaran tembak, terus tembakin deh sampai capek.
Setelahnya kadang suka ada semacam melatih
konsentrasi gitu dari mentornya.
Semacam pelatihan penghayatan lah.
Selain dari pistol, (eh saya gak punya pistol
loh. Pistol yang saya pakai tiap latihan itu punya tempat latihannya. Saya Cuma
dipinjemin doang), komponen penting lainnya adalah peluru.
Ya kalau gak ada peluru mau nembak pakai apa?
Diisi daun atau ranting dikata bisa.
Pelurunya bentuknya unik. Kecil dan ada 2
bagian. Atas yang datar dan bagian bawah yang sedikit legokan (aduh apa ya..
semacam masuk gitu). Nah, si yang datarnya dihadapkan ke lubang keluarnya
peluru.
Ini contohnya
Gak lupa juga si kertas sasaran. Itu loh yang
lingkaran-melingkar-lingkaran-melingkar itu.
Ini nih
Tapi latihan menembak saya sempat terhenti,
karena gak berapa lama setelah ujian kenaikan, saya harus mempersiapkan diri
untuk ujian akhir SMP.
Dan gak diterusin sampai sekarang.
Padahal saya udah sempat masuk ke perwakilan pertandingan
antar kota se-jawa barat.
Bukan!! Saya gak sehebat itu untuk bisa mewakili
kota Bandung.
Saya memenuhi kuota untuk kota lain (dan lupa
kota mana haha)
Pertandingannya di Telkom gegerkalong yang
gede itu.
Disana juga ada tempat latihan tembaknya. Dalam ruangan dan 2 lantai.
Kece pokoknya!
Jadi semacam saya ingin mengulangi lagi tuh
kegiatan tembak-menembak itu.
Ah.. masa muda yang mengasyikan *menerawang ke
langit
Selamat menembak ya Bubbly-Blog.
Bandung, 1 Mei 2013
Risma Dwi MW
*Hoiya!! Selamat Hari Buruh Internasional!