Wednesday, May 30, 2012

Persaingan antara hati dan baja yang kesal

Dear Blog,

Ya saya ingat, hari ini dimana hari kontra-bon-yang-wawawa itu.
Ah tidak, hari ini tidak ada kontrabon.
Sepertinya memang jauh lebih mudah kata mengalir saat mata tidak bertemu mata.
Dan ada saatnya kalimat tidak lagi mengandalkan perasaan lawan bicara.

Yang hari ini saya rasakan adalah... Mati rasa.
Ya, saya mati rasa.

Diawali dari pagi ini, saat saya akan menuju perjalanan menghabiskan-waktu-dengan-ceria selama 8 jam, jantung saya berdebar dengan pelan.
Hal yang aneh adalah saat jantung berdebar tak karuan, dan yang lebih aneh lagi ketika jantung mengetuk secara sangat perlahan dan jauh dari biasanya.

Apa yang ingin saya ceritakan hari ini?
Mari kita mulai.

Rabu ini sudah terlalu banyak penekanan yang disuguhkan pada hati. Tapi.... ini dia yang aneh.
Saya tidak merasakan apapun.
Saya tidak merasakan hati yang teriris dengan sayatan pisau tajam.
Saya tidak merasakan jiwa yang terluka karena kesalahan.
Saya tidak merasakan torehan paku beton dalam rohani.
Dan saya juga tidak merasakan kerenyahan tawa yang super baik.
Tidak, ini bukanlah seperti saya yang biasa.
Oh, bukan. Bukan karena kegigihan saya berlipat menjadi ribuan, tapi mungkin karena sistem imun yang tidak maksimal.
Mengapa saya katakan demikian?
Anggap saja saya mencari peraduan kebenaran dengan menyalahkan hal lain.
Dengan keterlambatan pengisian karbohidrat kompleks juga vitamin, virus yang mendera sebagian dari kepala saya ini, terasa hingga ke lambung.
Sayup terdengar suara seruan pengabdian kepada Sang Maha dari segala Maha.
Juga hujan yang bercanda dengan kebisingannya, mulai mereda.

Dan inilah yang saya rasakan.

Untuk pertama kalinya, hati menjelma menjadi sekeras baja.
Hati saya mati. Yang bahkan terasa tanpa garam.
Bukannya tidak enak, saya malah merasa kesal.
Ya, saya kesal!!
Kesal!!
SAYA KESAL!!
Menjadi tanda tanya yang besar mengapa saya kesal. Entahlah! Saya hanya ingin merasakan kesal!

Hanya bermula dari penyakit lawas yang berbasa-basi menyapa.
Hanya karena itu.
Norma santun berkurang di Rabu ini. Tidak ada lagi kepedulian dari perkataan orang, di Rabu ini.
Mungkin pura-pura mati pilihan yang tepat.

Apa hari ini diselamatkan? Ya. Terima Kasih Tuhan,
Tapi pendengaran saya masih terasa panas. Diselingi dera sakit kepala yang membuyarkan air mata.
Terima kasih.

Salam dari hati yang bersikukuh bersembunyi dibalik beton,
Bandung, 30 Mei 2012
15.20 WIB
Risma Dwi MW

Tuesday, May 29, 2012

Selasa sakit yang memberikan salam..

Dear Blog,
Saya mengetik ini dengan ditemani sakit kepala yang sesuai dengan arah berbalik perputaran bumi.
Apa ya.
Heeem... Dengan mata berkedip lemah yang diselingi dorongan pening untuk mengeluarkan sesuatu dari mulut.

15 menit yang lalu, saya merasakan peluh yang turun karena gerah. Tapi, saat ini saya merasakan gerogot dingin disekitar punggung.
Ah, saya akui, saya sakit sepertinya.

Dimulai dari tadi malam, saat hobi menyenangkan saya tolak.
Ya, semalam saya malas untuk tidur. Sekali lagi, MALAS untuk tidur. MALASnya dengan SANGAT, SANGATnya menggunakan capslock.
Dan bangun dengan biasa saja.
Kantuk yang tiba-tiba lenyap saat jemari saya menyentuh pisau untuk berteman dengan dapur, saya mulai heran.
Bukan karena saya mencoba menu makan siang baru dalam memasak dihari ini, tapi karena ini hari Selasa.
Tentu saja tidak ada hubungannya ini hari apa ataupun tanggal berapa bukan? Biarkan saja jari saya mengetik sesuka hatinya.

Lalu, berangkatlah saya perlahan menuju kantor, ah bukan, mencoba menjadikan ini sebagai rumah ketiga.
Baiklah, kita ulangi.
Lalu, berangkatlah saya perlahan menuju rumah ketiga saya.
Ah, rasanya masih kurang pas. Mungkin sebaiknya seperti ini,
Lalu, berangkatlah saya perlahan menuju tempat yang saya coba untuk dijadikan sebagai rumah ketiga.

Telaah dari ingatan saya, kekurangsemangatan itu ternyata bermula dari semalam.
Sebelum saya menolak untuk bercengkrama dengan mimpi.
Tapi sesaat setelah saya merasakan hardikan otot dibelakang lutut yang bahkan masih terasa sampai detik ini.
Sepertinya jaringan otot mulai mengeras dan menegur saya setelah semalam saya memanaskan tubuh dan berkeringat.
Tapi sapaan itu ternyata perlahan merambah ke kepala. Entah kepala bagian mana, yang pasti saya rasakan, saya pusing. Hanya itu.
Terasa aneh saat kita pernah berpura-pura sakit. Dan lebih aneh lagi saat kita berpura-pura sehat.
Saat waktu beribadah sudah memanggil, dan ketika pergantian mulai menapaki jalan saya, saya perlahan melangkah. Dan itulah saya merasakan, ternyata napas lebih dingin dibandingkan matahari yang menggoda.
Okei, saya merasakan pening lagi.

Nah, bertambahlah saat saya mengetik hingga di kata yang ini, perut saya melilit.
Mungkin asam lambung saya naik lagi. Sama seperti dulu. Penyakit karib lama yang memberikan salam.
Tapi hal itu tidak bisa menghentikan saya untuk bercerita perasaan saya saat ini.
Mari kita lanjutkan.

Apa ya, yang saat ini mau saya ceritakan.
Ah iya, jantung yang berdebar tidak sesuai dengan detik seperti biasa.
Dan saat saya makan siang dengan menu baru yang saya coba dipagi tadi, saya tidak merasa penuh pada lambung seperti biasa.
Setelah ditimbang saya sepertinya tidak sanggup untuk menahan ketukan pening, saya memutuskan untuk mencerna obat yang tanpa anjuran dokter.
Obat berkemasan biru yang telah dipisahkan oleh gunting dan menyisakan 1 dari 2 buah yang tergeletak saat ini disamping gelas bagian tubuh kanan saya.
Obat berbentuk memanjang, cukup punya nama, dan tersedia juga diwarung-warung kecil, yang diberikan oleh seorang baik hati secara cuma-cuma.
Saat saya sampai di kata ini, hujan sudah turun dengan riang gembira. Mencoba untuk mengajak bermain, dengan jeda bersembunyi dan kemudian berhamburan ramai kembali.

Dan sekarang, saya.....
Terima kasih hujan, sudah memberikan waktu syahdu untuk berteman lebih akrab dengan sakit saat ini.

Selasa, 29 Mei 2012 dengan mata sayu,
Risma Dwi MW

Kebetahan dalam Petuah Senin

Selamat pagi..
Uwauw. Masih pukul 8.36 AM waktu indonesia bagian barat yg tertera di layar telepon genggam saya saat awal menulis ini.
Selasa masih belum menunjukan sinar mentarinya dibagian Lodaya-bandung.
Tentu saja sudah ada cerita dipagi ini. Tapi, selayaknya cerita dipagi hari. Dengan kegiatan bangun, lalu beribadah, diteruskan dengan memasak dan kisah yang dilalui dengan kebiasaan hingga saya sampai dengan selamat di tempat saya menghabiskan waktu sepertiga hari ditiap harinya.

Berhubung masih banyak hal yang belum terjadi dan cerita yang belum melipah, saya akan menceritakan hari kemarin. Ya, Senin tanggal 28 Mei 2012.

Di senin yang katakan saja ceria. Katakan saja mentari sudah duluan menyapa dibandingkan awan.
Yap. Sudah 3 bulan saya bekerja ditempat ini.
Saat awal, masa training yang disebutkan 2 bulan, berarti sudah jauh melewati. Lebih dari 30 hari, dengan hari libur 6 hari.
Saat kantor mulai dengan keheningan antara saya dan suara telepon, salah satu petinggi yang berada dijajaran Bos datang.
Saat tanggal itu dipaksa mengingat, beliau bertanya, tentang bagaimana saya yang sudah bekerja disini selama 3 bulan.
Ya, sudah 3 bulan saya melewati jalur yang sama, dengan angkutan berjurusan yang sama. Hem.. 3 bulan.. apa ya.
Masih dilanda rasa syukur saya diberikan pencarian kebetahan disini.
Apa saya betah? Beruntunglah saya masih diberikan rasa yang belum bosan.
Bos saya sempat bertanya, apa saya merasakan tekanan?
Tekanan? Tentu saja ada. Sepertinya selalu ada tekanan disetiap suasana. Oh, bukan hanya dikantor. Tapi dalam kehidupan sehari-hari juga.
Tapi saya masih mampu berucap syukur bahwa setiap tekanan yang saya rasakan, masih bisa saya tekan balik.

Hingga sampai detik beliau berkata,

" Jangan jadikan kantor itu adalah tempat bekerja, tapi jadikan kantor itu adalah rumah kedua, hingga tidak ada lagi perkataan, 'I hate monday'. Jadi, buat diri betah disini."

Ah iya... Tapi.... rumah kedua untuk saya itu adalah Kampus dan Ruang organisasi didalamnya. Bukan, bukan berarti saya mau seringsering pulang ke rumah kedua. Tapi saya masih betah dirumah kedua saya disana.

Ada beberapa petuah lagi sebenarnya, yang membuat saya membuka otak dan berucap dalam hati, "gila ini si Bapak. UWAUW!"
tapi saya lupaaa...

Entah karena memang memori otak saya yang digunakan tidak secara maksimal, atau memang saya mempunyai penyakit short term memory loss.

Tak menutup kemungkinan tempat saya menghabiskan 8 jam setiap hari senin sampai sabtu disini, saya jadikan rumah ketiga. Mungkin saja.

Jadi, apa saya betah menghabiskan waktu disini?
Bisa saya jawab, "Sampai saat ini, sepertinya begitu"

Selamat Selasa pagi ya, Senin.
Bandung, 29 Mei 2012 (9.29 AM)
Risma Dwi MW

Monday, May 28, 2012

Kilas Sabtu yang rupa-rupa

Hai Blog =)
Selamat senin.
Senin kan belum kelar, jadi saya mau cerita tentang Sabtu kemarin aja yes.

Ada hal yang selalu saya suka di hari Sabtu. Bukan, bukan. Bukan karena malmingannya. Tapi karena sabtu itu menandakan besoknya tidak perlu bangun pagi dan keluar rumah *picik! haha

Dan ya, sama seperti sabtu ini (mari gunakan kata "ini" untuk pertanda cerita bahwa saya seolah berada di sabtu itu. Yang gak ngerti, yaudah sih, saya ini yang cerita. haha), saya juga menantikan waktu pulang. Yang jam 4 sore *hiks..*
Tapi gak masalah, selama saya di minggunya bisa guling-guling nyaingin guling dikasur.

Dimulai dari pagi, perasaan yang tentu saja diwajibkan gembira sesuai dengan mimik muka saya sehari-hari.
Biasa saja, tidak ada yg aneh. Berjalan normal terkendali.
Tapi ada hal dihati saya yang mengganjal. Saat saya berjalan menuju Masjid tempat saya biasanya beribadah sehari-hari, saya sangat menikmati semilir angin yang berhembus. Terasa beda. Sungguh. Dan saya menikmati itu.
"Saat kata syukur menjadi kata yang berbeda."

Kita lanjutkan. Galaunya nanti aja pas beres *haha
Setelah siang mengetuk, tertinggalah saya disini, sama seperti sabtu-sabtu yang telah lalu. Saya, winamp yang berdendang, layar komputer yang menyala dan keheningan yang tidak terasa sunyi.
Apa yang saya lakukan? Tentu saja membunuh kesunyian. Bisa melakukan apa saja yang saya mau *haha
Menjelang sore, saat saya sedang dalam pikiran sendiri untuk main games, salah seorang karib menelepon,

Me : Assalammualaikum
She : Waalaikumsallam. Riris dimana?
me : Hayo coba tebak hayoooooo dimanaaaa
she : lagi ngantor ya?
me : betul! selamat! anda mendapatkan uang plus pajaknyaaa
she : ih ririiiis... Eh, riris, kamu ada acara gak?
me : ntar malem? gak ada. knpa gtu?
she : jalan-jalan yuuuk.. nonton kek, apa kek gtu.
me : kalau nonton, risma gak punya uang. mau nraktir?
she : ah kamu! atau gak, lagi pengen ngebaso nih.
me : ah tapi risma hrus plg duluuu.
she : kenapa?
me : soalnya tiap sabtu, risma kan tugas tutup jendela sm gorden
she : emg harus kmu?
me : gak juga sih, tapi kan hrus bilang ke si bangke dulu.
she : yaudah sms dulu sana si bangkenya.
me : ngsms? berarti nanti telpon lagi ath?
she : ya ampun riris, kamu kan punya hp 2, ya 1 lagi buat ngsms dooong! biar ditungguin.
me : ohiya ya. lupa haha
she : ah! yaudah sana sms dulu.
*ketakketikketakketikberisik*
she : kamu ngetik dikeyboard ya? gandeng banget.
me : di hp lah. haaah. udaaaah.. tinggal nunggu balesan deh. emg lgi dimana sih?
she : lagi di infomedia bubat.
me : ngapain?
she : kgdsagfhf *entahlah jawabannya apa, yg pasti, mengawasi yg kerja dihari ini*
me : ah, melembur ya?
she : iya. saking bosennya, main games yg sampe rumah pengen pipis
me : hah?! Apa?! main games yg sampe rumah pengen pipis????? *ngakakSejadi-jadinya*
she : Ririis!!! bukaaan!!! maen games  Zuma sampe habiiiiis
me : huahahaha.. maaaaf, maaaaf... *masih ngakak*
she : kamu ih telinganya.
me : abisan situ yg ngomongnya gak jelas haha *tut!* *bukan, itu bukan suara kentut. itu suara sms HP saya yg satu lgi karena di setting seperti itu* dibaleeees
she : apa ceunah
me : "pulang dulu di" gtu. ih ai dia teh ngsms ke siapa sih?
she : emg nama kamu berubah jadi adi?
me : kayaknya sih gitu. semacam risma adi mawarni wulandari kayaknya. haaah
she : hahaha

itu adalah sekilas percakapan saya dengan karib yang itu.
Setelah beberapa kali bercengkrama dengan telepon, akhirnya diputuskan bahwa kami bertemu di kawasan sekitaran tempat saya bekerja.
Dengan segala aktifitas kami saat sampai di rumah saya, yang-akhirnya-memutuskan-makan-baso-dirumah-saya-saja, diselingi tawa renyah dan tukar cerita, tersebutlah saya sendirian dirumah karna karib tersebut sudah pulang.

Apa yg saya rasakan? tentu saja menyenangkan. Tapi tunggu dulu, mengapa ada sesuatu perasaan yg sulit untuk saya ungkapkan?
Apa ya? kita telaah lagi.
AHA!! saya tau jawabannya. Jawaban itu muncul saat saya sedang melihat Iko Uwais di Pas mantap.
Aha! saya ternyata sedang mengalami Galau.
Iya. Galau.
Ada kejadian disiang hari yang membuat saya galau. Hanya karna ucapan rasa syukur.
"Alhamdulillah"
iya,
"Alhamdulillah..."

"Saat kata syukur menjadi kata yang berbeda."

Biar saya saja merasakan galau ini.
Nanti kapan-kapan, saya ceritakan tentang galau ya, Blog.

Salam Sabtu *kan ceritanya ini hari sabtu*
Dan salam Olahraga *muah!

Bandung, 26 Mei 2012
nb : oh iya, hari ini sobat karib saya SMA ulang tahun. "HBD ya Mei. semoga semakin seperti cicak yang lincah. Miss you =) " *semoga sampai pesannya

Friday, May 25, 2012

Kontrabon! WAWAWA

Hello Blog. Apa kabar?

Rasanya sudah lama saya tidak menyapa.
Bukan bermaksud untuk merasa sombong karena kesibukan yang 'begitulah' tetapi memang terkadang lupa untuk membuka dan memperbaharui tulisan disini.

Okei. Sudah banyak sekali cerita yang terjadi selama kurang-lebih sebulan ini *melihat dari entri terakhir yang diterbitkan*
Kita mulai mencicil saja sedikit-demi-sedikit.
Mulai dari Jumat ini deh ya.

Untuk sebagian orang yang memiliki pekerjaan seperti saya, yaitu Administrasi Keuangan, mungkin sudah tidak asing dengan istilah Kontra Bon.
Ya, untuk saya yang baru bergelut didunia 'begini' selama 3 bulan ini, itu masih termasuk hal yang saat ini masih saya pelajari.
Ditempat saya bekerja sekarang, Kontra Bon itu dilakukan setiap hari Rabu. Maka dari itu, terkadang untuk menghadapi Rabu, saya sedikit tidak percaya diri.

Oh, bukan. Bukan karena tiap rabu saya berubah menjadi jelek. Tapi karena saya berhadapan dengan hari-dimana-kontrabon-tiba.

Untuk minggu ini, dengan sekelumit cerita yang sulit untuk dijelaskan, kontrabon diundur menjadi hari Jum'at.
Ya, bukan menghadapinya, tapi saya mengundurnya. Dekdekannya menjadi lebih lama, kesulitan tidur saya juga semakin menjadi.

Di keluarga saya, jarang sekali ada masalah kantor yang diperbolehkan untuk dibawa ke dalam rumah. Jadi, kalau dikantor ada masalah, orang rumah tidak boleh menjadi pelampiasan. Maka dari itu, saya sedikit sulit melampiaskan perasaan kantor kerumah.

Baiklah, kita kembali lagi ke dalam hal yang ingin saya ceritakan.

Sedari saya beribadah dipagi tadi, tak henti-hentinya saya memanjatkan doa untuk 'diselamatkan' dari hari-dimana-kontrabon-diundur-jadi-jumat.

Kalau dijalan melihat mulut saya komat-kamit, bukan, itu bukan sedang belajar membaca. Tapi sedang berdoa sesering mungkin.

Ternyata ada beberapa jadwal jam yang meleset. Kontrabon menjadi lebih cepat beberapa jam.
"Baiklah" ucap saya sembari menangis didalam hati

Ya, Tuhan mengabulkan permohonan saya. Tuhan Maha Baik.
Kontrabon hari ini tidak seseram bayangan saya. Tidak semenakutkan yang saya ingat.
Semua berlangsung secara baik dan sederhana. Secara lancar jaya bahagia dan sentosa.
Tapiiii.... Jumat ini belum selesai. Jumat ini masih berlangsung beberapa jam lagi. Jumat ini.... haaaah....
Boleh ber-emoticon sedih atau menangis tidak ya?
Bolehlah ya.. Pliiis.. Sedikit saja...

 =((

Daaaan, walaupun jumat-dengan-kontrabon-yang-diundur-sampai-akhirnya-dekdekan-saya-bertambah ini berjalan bahagia, saya masih gak PD aja menghadapi Hari-Dimana-Kontrabon-Tiba.