Thursday, March 10, 2016

Masalah Nama

Selamat bulan Maret, Bubbly-Blog.

Beberapa bulan yang lalu (hitungannya tahun kemarin), Saya tertimpa kekurangbaikan.

 

Tersebutlah suatu malam, Saya akan melakukan transaksi pembelian secara online.

Sehubungan dengan salahnya meng-klik cara pembayaran, mengharuskan Saya untuk melakukan transaksi melalui mesin ATM.

 

Waktu itu gerimis sedang turun secara perlahan.

Entah mengapa sedikit ada hal yang mengganjal di hati ini ketika akan keluar rumah.

Tapi, Saya acuhkan saja.

 

Karena sudah cukup lama tidak berjalan dibawah hujan, cukup menyenangkanlah perjalanan yang hanya sekitar 5 menit tersebut.

 

Ketika sampai di depan mesin ATM, perasaan kurang menyenangkan tibatiba muncul.

Mesin ATM nya masih tetap bersuara, ah mungkin memutarkan theme song, ya gitulah pokoknya.

Tetapi, layarnya menghitam.

Dengan kurang pintarnya, entah bagaimana Saya tetap memasukan kartu ATM Saya.

Dan jalan ternyata.

Mesin ATM meminta PIN, dan berjalan sebagaimana mestinya.

 

Sampailah ketika Saya menekan tombol untuk transfer.... Dan kemudian layarnya blank, sudah tidak ada lagu-lagu itu lagi, mesinnya diam. Saya juga diam. Bapak-bapak yang ngantri di belakang Saya sibuk dengan teleponnya.

Kemudian Saya bertanya kepada Bapak tersebut,

Me : Maaf Pak, mau ke ATM ini juga? (Saya tunjuk mesin ATM nya)

Bapak yang sedang ngantri (BYSN) : Iya, Mbak

Me : Kayaknya mesinnya rusak, Pak. ATM Saya barusan ketelen, terus layarnya nge-Blank

BYSN : Hah? Ya ampun, Mbak. Cepet, cepet, telepon itu Mbak, ke no yang ini (nunjuk no telepon call center), minta blokir, Mbak.

Me : Iya, Pak.

 

Sebetulnya, setelah menginfokan bahwa si mesin ATM rusak teh, Saya juga mau menghubungi call center tersebut untuk memblokir kartu Saya.

Saya sudah mencoba memberi info ke Bapak tersebut agar bisa mencari mesin ATM lain terdekat dan bukannya malah memasukan kartu ATMnya.

Ternyata malah Bapak itu yang panik hahaha

 

Setelah Saya menghubungi call center, Saya pun pulang.

Yaaaah ATM Saya ketelen deh.

Ya sudahlah.

 

Nah, besoknya teh kebetulan Saya akan menemani teman Saya ke beberapa tempat.

Dan Saya pun memasukan Bank yang mengeluarkan kartu ATM Saya ke dalam daftar perjalan mampirmampir Kami.

 

Awalnya, Saya mengecek ke kantor cabang utama Bandung Bank tersebut.

Ternyata tidak bisa, alasannya :

“Maaf Teh, masalah ini bisanya langsung ke cabang Teteh buka tabungan. Soalnya beda semua kan. Walau orangnya kan masih tetep sama ya.. gimana atuh?”

 

Gitulah kurang-lebihnya.

 

Saya jelaskan sedikit.

Jadi, Saya membuka tabungan itu ketika duduk di bangku SMA kelas 2, eh, kelas XI atuh ya sekarang mah namanya teh.

Belum punya KTP dan harus meminta keterangan dari sekolah.

Sebenarnya nama Saya sih enggak sesusah dan sepanjang itu, hanya saja, memang lebih panjang dari nama orang kebanyakan.

Nama Saya terdiri dari 4 suku kata.

Kalau di E-KTP, hanya 3 suku kata depan nama Saya (katanya kepanjangan. Padahal katanya nama teh bisa di dua bariskan)

Kalau di KTP sebelumnya, lengkap 4 suku kata.

Standar Saya menuliskan nama biasanya 2 suku kata awal nama Saya diikuti 2 inisial depannya saja.

Atau, penulisannya 3 suku kata diikuti 1 lagi inisial depannya saja.

 

Tapi, nama di buku tabungan Saya di Bank tersebut menuliskan 3 suku kata dan 1 inisial.

Bedanya adalah, inisial yang disingkat itu di tengah. Bukan di belakang, selayak dan senormal dan secara umum orang menyingkat nama dengan inisial.

Dan entah mengapa, ternyata pencetusnya adalah surat keterangan dari sekolah Saya itu.

 

Gimana coba ceritanya.....??.....

Nama Saya di kertas absensi sekolah juga lengkap kok. 4 suku kata tanpa ada singkatan inisial apapun.

Dan harusnya kan kalau mau menyingkat pun dibelakang, bukan di tengah.

(kira-kira kebayang enggak sih masalahnya? Hahaha)

 

Nah, hal itulah yang membuat Saya malas kalau harus berurusan dengan Bank tersebut.

Padahal muka masih sama loh. Maksudnya masih miriplah. Enggak berubah secara signifikan gitulah.

Dan nama juga masih itu-itu aja sih. Cuma perbedaan singkatan aja.

 

Dulu Saya pernah coba mengurusi tentang nama itu di tahun 2012.

Tapi, kata Ibu supervisor CS nya :

“Setidaknya minimal ada 2 dokumen yang menyatakan bahwa nama tersebut memang nama Mbak”

 

Karena Saya merasa ribet, Saya tinggalkanlah si masalah itu.

 

Dan kemarin, ketika harus mengurus tentang tertelannya kartu ATM, Saya sampai bawa akte kelahiran, surat keterangan dari kelurahan, Ijazah SMA, dan kartu keluarga (seniat itu Saya untuk menyelesaikan masalah nama)

 

Ternyata di kantor cabang utama tetap tidak bisa.

Merasa sudah hampir menyerah, kemudian teman Saya memaksa Saya untuk mendatangi kantor cabang tempat Saya membuka tabungan.

Sedikit ogah-ogahan Saya masuk dan menunggu untuk dipanggil berhadapan dengan CS.

 

Saya ceritakan kronologi tentang kartu ATM Saya yang tertelan dulu, kemudian bilang sudah di blokir, kemudian bla-bla-bla.... intinya, mau minta kartu ATM baru.

 

Ketika Mbak CS nya minta KTP dan buku tabungan, mulailah hal yang Saya bayangkan terjadi.

“Mbak, nama di KTP dengan yang di buku tabungan berbeda ya?”

 

JENG JENG JENG JENG!!!

 

Kembali Saya menceritakan kronologi Saya buka tahapan ketika SMA, belum punya KTP, dan ternyata dari sekolah dikasih surat keterangan itu dan bla-bla-bla.....

 

Si Mbak nya mulai memasang muka bingung.

 

“Maaf ya, Mbak, nama Saya nya kepanjangan. Tapi muka sama namanya masih sama kok, Mbak, Saya-saya juga”

Saya keluarkanlah semua surat keterangan yang Saya bawa.

 

Terus, si Mbak berdiskusi dengan supervisornya.

Supervisor yang berbeda dengan 2012 lalu.

Ketika pertama Saya lihat pas Saya baru mulai dipersilahkan duduk di hadapan meja CS, Ibu supervisor CS yang ini mukanya lebih ramah. Tapi mukanya lebih pucat dengan sedikit mata yang nanar akibat kelelahan. Sembari memijit pelan tempat diantara kedua alisnya.

Sepertinya sih, sedang merasa tidak sehat atau kurang enak badan.

Saya rasa sepertinya masalah nama akan selesai hari itu.

 

“Selama orangnya masih sama, dan namanya tidak ada perubahan, beresin aja. Kasihan nanti kalau ada urusan-urusan. Lagian ini namanya cuma beda di penyingkatan aja kan”

 

Lalu Mbak CS bilang :

“Sebentar ya, Mbak. Saya ambilkan dokumennya dulu”

 

DONE!

 

Setelah Mbak CS kembali dan membuat perubahan di data Saya, Saya ceritakanlah masalah yang terjadi di 2012.

Mbak CS :

“Biasanya itu mah tergantung kebijakan dari supervisornya, Mbak. Soalnya belum pernah ada masalah ini sih...”

 

Dan buku tabungan Saya juga di perbaharui.

 

Walau Saya harus lebih dari 60 menit hanya untuk urusan nama, setidaknya masalah yang berakar bertahun-tahun akhirnya selesai juga.

Saya enggak harus bawa-bawa akte kelahiran, kartu keluarga, dan surat keterangan kelurahan lagi kalau mau ke Bank tersebut jika ada masalah.

 

Saya jadi mikir, mungkin memang kartu ATM Saya harus tertelan di malam itu, biar besoknya Saya dipaksa ke Bank tersebut ketika supervisor CS itu sedang bertugas di hari itu.

Rencana Tuhan indah ya...

 

Jadi, Bubbly-blog, kalau nanti punya anak, kasih namanya jangan kepanjangan dan jangan bikin dia jadi susah nantinya ya..

 

Bandung, 10 Maret 2016

Salam,

Risma Dwi MW

(ini nih maksudnya 2 suku kata diikuti 2 inisial depannya saja)

No comments:

Post a Comment