Friday, July 3, 2015

Menangis

"Pernah nangis? Maksudnya nangisin yang udah terjadi?”

“Untuk apa? Enggak akan ngerubah apa-apa juga kan”

 

Beberapa waktu yang lalu, Saya bertemu dengan rekan Saya.

Kita sempat satu kelas dulu ketika masih mengenakan seragam putih-biru.

 

Enggak ujug-ujug langsung ngomongin tentang nangis sih.

 

Jadi ceritanya, rekan Saya itu berkunjung kerumah.

Setelah tidak bertemu sekian belas tahun, tentu saja banyak sekali kejadian yang terjadi di hidup kita masing-masing.

Sekian jam tidak cukup sih kalau kata Saya. Tapi Saya jadi tahu beberapa hal penting yang terjadi dalam hidupnya, begitu juga sebaliknya.

 

Setelah kita ngobrol ngalor-ngidul, sampailah pada sesi curhat.

Kalau namanya curhat sih biasanya yang mengganggu perasaan, atau mengganggu kehidupan ya.

Dan munculah pertanyaan diatas.

 

Bukan, Saya tidak dalam posisi mengadili atau diadili.

Kalau Saya sih, masih suka nangis.

Memang betul sih, dengan nangis itu tidak akan merubah jalan cerita yang sudah ada.

Iya, nangis juga tidak akan membuat kita bisa balik lagi ke masa lalu dan mangambil jalan berbeda atau menyiapkan diri untuk hari ini.

 

Tapi gini..

Menangis itu bisa meningkatkan mood, mengurangi stres, melegakan perasaan, dan yang Saya baca, menangis bisa mengeluarkan racun (dari hasil penelitian William Frey, ahli biokimia)

 

Ah, Saya sih enggak memikirkan manfaat menangis berdasarkan ilmu ini atau ilmu itu.

Biasanya menangis karena memang ingin menangis aja.

Kebanyakan sih karena tidak-tahu-harus-beremosi-seperti-apa-soalnya-perasaan-udah-enggak-enak.

 

Menangis yang Saya bahas bukan karena terharu bahagia atau karena keketawaan sampai nangis ya.

Nangis yang sedih gitu loh.. paham lah ya..

 

Tapi memang dasarnya cengeng sih ya.. Saya sering berlinang air mata cuma gara-gara nonton film. Kalau filmnya mengharukan, suka berlinang tuh.

 

Ada beberapa tulisan di status media sosial Saya yang berkomentar tentang film atau film serial yang bikin kesel.

Bukan kesel marah-marah ya, tapi Saya kesel soalnya Saya sudah berlinang air mata karenanya.

 

Kalau untuk Saya sih, menangis masuk ke kebutuhan.

Enggak usah ditanya kenapa, pengen aja masukin ke list kebutuhan.

 

Dan... boleh kok kalau mau nangis.

Bukan berarti karena alasan jenis kelamin jadi enggak boleh menangis.

Bukan juga nunjukin nangis itu identik dengan cengeng.

Kata Saya sih, menangis atau bahkan bersedih itu menunjukan kalau kita juga manusia biasa, yang punya emosi.

 

Jadi, selamat menangis Bubbly-Blog.

Asal jangan berlebihan ya, Tuhan enggak suka hal yang berlebihan.

Bandung, 03 Juli 2015

Salam,

Risma Dwi MW

No comments:

Post a Comment