Wednesday, December 20, 2017

Cerita lain tentang salon

“Falira, dua nih!”

“Iya Bu, siap!”

 

Kedua wanita itu masuk keruangan paling ujung.

“Pagi Mbak, creambath ya? Di cuci dulu yuk”

Aku melihat Farah langsung mencuci rambut pelanggan Kami yang satu lagi.

 

“Mau pake apa Mbak?”

“Aduh, Aku masih bingung nih. Bagusnya apa ya?”

“Masalah rambut Mbak apa?”

“Rambutku ujungnya bercabang gitu, Mbak. Kering-kering gitulah”

“Rambut kering cocoknya strawberry atau alpukat. Mbaknya rambutnya suka diwarnain enggak?”

“Udah lama enggak sih, Mbak. Tapi biasanya Aku diwarnain”

“Untuk rambut yang suka diwarnain cocoknya strawberry”

“Ya udah deh, itu aja”

“Mau pake serum untuk ujung rambut bercabangnya enggak?”

“Enggak usah deh, Mbak. Aku juga mau sekalian dipotong sedikit ujungnya nanti.”

“Sip”

 

Mbak ini adalah pelanggan pertamaku di hari ini.

Aku sudah bekerja di salon ini sekitar 5 tahun.

Tugasku adalah creambath dan lulur, sama seperti tugas Farah.

Dibawah jam 11, salon memang sedang jarang sekali ada pengunjung.

Salon biasanya ramai diatas jam 3 sore.

Apalagi kalau hari biasa seperti ini, ramainya setelah jam pulang kantor hingga malam sebelum tutup.

 

Kalau pertanyaannya mengapa Aku lebih memilih bekerja di salon, bukan karena Aku bercita-cita ingin punya salon sendiri dan belajar dulu. Tapi, Aku yang hanya belajar di sekolah sampai SMP ini tidak bisa bekerja di perusahaan besar seperti orang lain.

 

Sebelum pelanggan pertamaku datang, Aku sempat ngobrol dengan Farah.

“Kamu mau terus-terusan kerja disini, Lir?”

“Kayaknya enggak sih. Cuma enggak tau sampai kapan aja disini. Belum ada rencana. Kamu?”

“Aku mau buka salon sendiri ah. Kayaknya enak kalau jadi kayak si Ibu”

“Memangnya tau, berapa uang biar bisa buka salon sendiri?”

“Enggak sih. Tapi pasti mahal”

“Kamu punya uangnya?”

“Enggak. Aku kan cuma kepengennya gitu, Lir.”

“Ya kalau Kamu punya cita-cita, nabunglah dari sekarang”

“Tapi mau nabung juga enggak bisa banyak kan. Orang-orang kayak Kita yang pemasukan pas sama pengeluaran. Berharap pemasukan lebih juga cuma dari tips yang dikasih pelanggan aja. Aku mau nabung sampai berapa puluh tahun ya....”

Aku hanya tersenyum.

Aku kerja 2 tahun lebih dulu dibandingkan Farah.

Aku yang memberi tahu Farah cara berbicara dengan pelanggan, tempat serum dan segala cream, teknik membilas agar tidak terlalu banyak air yang terbuang tapi tetap bisa bersih, dan lain-lain.

 

Sambil memijat kepala pelangganku, Aku jadi sempat berpikir, sampai kapan ya Aku kerja disini?

Rasanya Aku tidak memiliki cita-cita yang ingin Aku kejar.

Dulu ada sih, cita-citaku hanya ingin menjadi anak kuliahan. Udah, itu aja.

Tapi, gimana mau bisa jadi anak kuliahan, SMA aja Aku enggak nerusin.

Kalau Ibu Bos enggak maksa Aku untuk ikut paket C tahun lalu, Aku udah males belajar-belajar lagi.

 

“Eh, kemaren Aku ketemu sama Ramon”

Pelanggan Farah mulai berbicara dengan pelangganku yang merupakan temannya.

“Oiya? Dimana?”

“Waktu Aku ke rumah Tika”

“Tumben Dia ke Tika juga? Jadi, mereka beneran pacaran?”

“Pacaran? Pacar Tika kan bukan Ramon. Lagian memang Kamu enggak tau gosipnya?”

“Gosip apa?”

“Ramon kan punya pacar juga. Laki.”

“Se..ri..us?”

“Iya. Aku dengernya sih gitu.”

“Dengernya gitu, atau memang gitu?”

“Dengernya sih.”

“Yeee.. Kirain Ramonnya cerita”

“Bukan gitu. Dia kan lagi deket banget sama Boy-can – Boy-can itu.”

“Boy-can temen kantornya?”

“Iya. Liat deh foto-foto Instagramnya. Kemana-mana sama Boy-can. Fotonya juga tuh udah bukan kayak sekedar temen. Kan kalau sesama lelaki terlalu deket bukannya pada geli ya? Tapi mereka enggak tuh.”

“Kenapa enggak nanya aja? Kan biar pasti”

“Aku mau sih ngebahas itu kemaren sama Tika. Tapi, takut Dia kesinggung.”

“Ya kalau Dia kesinggung karena Kita enggak tau kan tinggal minta maaf. Terus enggak usah ngebahas hal itu lagi.”

“Iya juga sih.”

 

Hal yang Aku suka dari menjadi pekerja disini adalah, Aku bisa dapat informasi mengenai banyak hal.

Dari mulai ilmu baru, gosip baru, segala jenis sifat dan karakter orang lain.

Mungkin itu kenapa Aku tidak punya cita-cita tinggi. Karena Aku sudah mendapatkan hal yang kusukai dan dapat bayaran dari hal itu.

 

_rdmw_

Saturday, November 25, 2017

Cerita lain tentang konser

“Jun, sabtu ini nge-event enggak?”

“Enggak, sabtu depan. Kenapa emang?”, Aku mengangkat telepon salah satu teman dekatku ketika kuliah dulu sambil membaca beberapa proposal yang akan dipilih untuk di presentasikan nanti siang.

“Gue punya tiket lebih nih, dateng yuk.”

“Sabtu sekarang ya? Gue rada males sebenernya. Emang event dimana?”

“Iya sabtu sekarang. Jangan males dong. Bantuin Gue ngapa. Dateng doang pun”

Aku menghela napas sedikit panjang.

“Yaudah Gue dateng. Dimana? Jam berapa?”

“Yes! Thanks hani-bani-suiti.. Nanti Gue chat si tempatnya. Ketemu ntar sore ya.. Daaaah”

Nana sudah memutuskan sambungan telepon di ujung sana tanpa sempat Aku jawab.

 

Aku dan Nana merupakan teman kuliah yang memiliki minat yang sama.

Dan Kami pun sekarang bekerja pada bidang yang sama, walaupun beda perusahaan.

Kami merupakan salah satu pengurus EO. Jika disuruh untuk menceritakan jabatan, entahlah bagaimana harus menceritakannya. Karena baik Nana ataupun Aku adalah Team Leader.. atau pemimpin tim.. atau orang yang paling sering disuruh Bos untuk ini dan itu.. juga orang yang paling sering memimpin meeting.. terkadang orang yang disuruh buat presentasi.. dan terkadang disebut sebagai orang yang paling rakus kerjaan.

 

“Jun, proposalnya udah disiapin?”

“Udah Bos, yang ini.” Aku menyerahkan tumpukan proposal kepada Bos ku yang mendatangi mejaku.

“Kamu yang presentasi ya”

Sudah kuduga.

Aku lalu mengikutinya ke ruang rapat sembari membaca pesan yang dikirimkan Nana kepadaku.

 

Meeting selesai lebih lama dari dugaan.

Aku pun sedikit terburu-buru bersiap untuk langsung menuju ke tempat yang diberitahukan Nana.

 

“Kok lama siiiih?? Gue udah nungguin.. Mana ditelepon enggak diangkat.. Gue pikir Lu enggak bakalan dateng”, Nana berkata dengan sedikit manyun.

“Sori, sori.. Baru banget beres meeting, Gue langsung kesini. Emang siapa aja pengisi acaranya?”

Aku bertanya sambil mengikuti Nana melewati pintu VIP.

“Lu dapet tiket VIP dari Gue. Sekarang Kita langsung duduk di depan. Yuk!”

 

Ketika acara sudah mulai, Nana berbisik bahwa dia harus mengecek sesuatu dulu.

Aku tau hal itu akan terjadi. Mustahil bagi kami-kami ini untuk duduk diam jika acara berlangsung. 

Aku pun tidak akan merasa aneh jika Nana nanti tiba-tiba hilang atau tiba-tiba muncul lagi di tempat duduknya.

Aku pun mengangguk.

 

Setelah setengah jam berlalu, Aku mendengar intro sebuah lagu yang tidak asing ditelingaku.

Aku terpaku.

“Selamat datang, perkenalkan Kami..~..”

***

5 tahun lalu,

“Keren amat ini Band. Suka Gue aaakkk!!”

“Serius Lu suka? Sepupu Gue kenal sama vokalisnya. Kita kenalan yuk. Kali aja nanti pas bikin acara Kita bisa ngundang mereka juga”

 

“Hai, Gue Varel”

“Nana”, Nana menjulurkan tangannya setelah dikenalkan oleh Dian, sepupunya yang merupakan teman sekolah Varel, vokalis Band ini.

“Juni..”, ucapku sambil sedikit menganggukan kepala.

“Sekalian nih, kenalin member yang lain. Ini Igun di gitar, Opik di drum, sama.. hem.. itu tuh satu lagi yang duduk dipojokan megang hape, Juna di bass”

***

“Juna...”, suaraku seperti keluar dengan sendirinya. Otakku memerintah tanpa keinginanku.

Walau di tempat konser ini suaranya begitu menggema, tapi rasanya Aku masih bisa mendengar dengan jelas nama yang baru saja kusebutkan di otakku.

***

“Kita diundang ke Kampus sebelah nih?”

“Diundang? Sama siapa?”, Aku yang ingin cepat pulang tiba-tiba ditahan oleh Nana.

“Sama Varel..”

“Varel? Diundang atau Lu yang maksa minta diajak?”, ucapku sedikit sinis.

“Ya pokoknya itulah. Temeniiiin.. ya.. ya.. ya..”

 

Walau dengan terpaksa, ketika Varel dan bandnya tampil, Aku tetap menikmati pertunjukan mereka.

Entahlah bagaimana awal mulanya, cuma sejak saat itu, Kami berdua selalu datang setiap Varel dan bandnya melakukan pertunjukan. Dan setelah pertunjukan, Kami memiliki kartu akses bertuliskan “CREW” bagi bandnya Varel.

Dengan seringnya bertemu, semakin intens pula penceritaan Nana tentang “Varel ini.. Varel itu.. Varel ternyata.. dan Varel blablabla..”

“Lu suka banget ya sama Varel?”, tanyaku pada Nana.

“Hah?! Kok Lu bisa tau?”

“Keliatan jelas banget, Na!”

Nana sedikit tersipu malu.

“Oiya! Lu enggak kepikiran suka sama siapaaa gitu di band?”, ucapnya kemudian.

“Kenapa mesti suka sama yang di band?”

“Soalnya ada yang suka sama Lu..”

“Suka sama Gue? Siapa?”

“Juna..”

***

Sudah lama rasanya Aku tidak mendengarkan lagu ini. Sekitar 4 tahun lalu seingatku terakhir menyanyikannya.

Suara varel tetap tidak berubah. Pesonanya Igun tetap sama. Opik pun seperti tidak bertambah tua di wajahnya. Dan Juna.....

***

Sejak Nana memberitahu ada salah satu member yang menyukaiku, Juna mulai mencoba mendekatiku.

Hampir setiap hari kami bertukar pesan, dan setiap kali ada kesempatan ketika Nana dan Aku menemui band mereka dibelakang panggung, Juna pasti duduk disamping atau di depanku. Seperti terang-terangan melakukan pendekatan agar semua orang tau bahwa dia memang mendekatiku.

Bukannya Aku merasa risih, hanya saja band mereka sudah memiliki fans sejak awal. Paras para member yang bisa dikatakan cukup menarik membuat fans mereka cukup protektif.

Untung saja Nana selalu berhasil mendapatkan kartu identitas “CREW” sehingga fans tidak akan curiga walau Juna selalu mendekatkan dirinya padaku disetiap kesempatan.

***

Dan Juna..

Seperti biasa, berada didunianya sendiri setiap dia sudah bersama bass-nya.

Kadang ikut bernyanyi sambil menikmati lagu dengan menggoyangkan kepalanya sesuai dengan irama.

Seselesainya Varel menyanyikan 2 buah lagu, dia menyapa para penggemarnya.

Perbedaan yang terasa antara saat ini dan 5 tahun yang lalu adalah, Band Varel sudah sangat terkenal. Fanbase nya ada di setiap Kota. Bahkan sudah sulit jika mau mengundang mereka mengisi acara setiap Aku dan Nana menghubungi Manajer mereka karena jadwal yang padat.

Ketika Varel akan melanjutkan bernyanyi di lagu berikutnya, Juna melihat sekeliling.

Dan mata kami bertemu...

***

Sudah 2 hari ini Juna tidak menghubungiku. Aku bukanlah wanita yang posesif. Terlebih Juna belum meresmikan-apapun-hubungan-kami-ini. Tapi Nana memberitahukan bahwa Juna sedang ada disalah satu cafe bersama dengan member yang lainnya. Nana mengajaku untuk ikut kesana.

Juna melihatku sedikit kaget dan lalu tersenyum senang ketika Aku datang.

Tapi ada sedikit hal yang berbeda disana.

Ada dua wanita yang bukan sebagai kru atau bagian dari band yang biasa ku kenal.

“Juni! Sini.. Aku ingin mengenalkanmu..”

Aku mendekatinya, sementara Nana dan member yang lain sibuk dengan obrolan mereka masing-masing.

Aku duduk dihadapannya.

“Aku yakin, Kamu pasti akan menjawab ‘IYA’”

“Pertanyaannya memang apa?”, ujarku sedikit tersenyum.

“Mau jadi pacarku?”

Hatiku terasa hangat. Rasanya senang.

Belum selesai Aku menjawab, ada hal yang membuatku penasaran.

“Hem.. Mereka siapa, Jun?”

“Pacarku..”

“Hah? Gimana?”

“Mereka berdua ini adalah pacarku. Mereka fans yang bersedia untuk berbagi asal mereka dekat denganku dan pacaran denganku”

“Jun.. Kamu serius?”, tapi tidak ada kesan becanda pada kalimat maupun raut mukanya.

“Aku serius. Dan kamu juga pasti fansku kan, yang bersedia menjadi apapun asal dekat denganku” 

Otakku tiba-tiba blank. Aku tidak tau harus merespon seperti apa.

Apa Aku harus marah? Tersenyum? Menangis dengan penuh drama? Atau bagaimana?

Aku berdiri dari tempat dudukku dan meninggalkan cafe itu tanpa berkata apa-apa.

***

Intro gitar sudah dimulai. Suara drum pun sudah mulai masuk. Seharusnya alunan bass mengikuti.

Kami masih saling bertatapan. Juna melihatku dengan terdiam ditempat.

Aku tidak bisa menceritakan ekspresi atau reaksi ketika Juna melihatku diantara para undangan VIP itu.

Karena memang pada dasarnya ternyata Aku tidak mengenal dirinya sama sekali.

“Juna! Juna!”, Varel meneriakan namanya beberapa kali tanpa menggunakan mic sebagai tanda agar suara bass masuk kedalam melodi lagu yang akan dibawakan.

Aku pun berdiri, dan meninggalkan tempat itu.. dengan perasaan yang sama seperti 4 tahun lalu ketika terakhir kali bertemu dengannya.

 

_rdmw_

Monday, July 31, 2017

Ingatan seafood

Hai Bubbly-blog..
Saya mau bercerita tentang beberapa waktu lalu.
Jadi, ketika itu Saya akan naik angkot menuju arah pulang.. si angkot teh lewat di salah satu warung makan seafood.. dan wanginya tercium sampai ke dalam angkot.

Lalu wanita bertubuh mungil disebelah Saya mencolek Saya dan memberikan bahasa isyarat bahwa kalau Saya mau makan seafood, mending di tempat dia beli (sambil nunjuk ke plastik yang dia bawa), rasanya enak dan banyak.

Sepertinya wanita tersebut tuna wicara, Bubbly-blog.
Eh enggak tau juga ketang ya.. tapi, dia cerita ke Saya menggunakan isyarat bahasa tangan untuk tuna wicara.
Daaaan Saya bisa nangkep omongannya.
Mungkin kalau istilah makan-enak-banyak sih isyarat pake wajah juga bisa kali ya =D

Terus pas Saya turun angkot, dia masih memberi syarat ke Saya untuk jangan-lupa-mampir.

Luar biasa..
Sekarang, setiap kecium wangi seafood, Saya inget kejadian itu..
Menarik..

Bandung, 31 Juli 2017
Salam,
Risma Dwi MW

Thursday, July 6, 2017

9 years already?!

Bubbly-blog, hai, apa kabar?

Sebetulnya, kalau tidak terpikirkan, enggak akan keinget.
Karena rasanya enggak sesakit sebelumnya.

Ketika di jam yang sama, 2.13, Saya malah lagi cuci piring.
*cuci piring karena pengalihan sepertinya

Tapi ternyata.....
It's been 9 years already?!?!

Enggak udah dibahaslah kangen mah..
Udah meleber kemana-mana.

Kalau direka ulang, bisa nangis kejer.
Ini kalau dibawa sedih, diinget nangis, bisa juga kalau mau.

Taaaapiiii..... Saya memutuskan enggak nangis lah buat hari ini.

Mau bercerita tapi kesiapa, mau nangis juga gimana.. ya gitulah.. bingung hahaha

"Dear, Mom..
It's been 9 years.
Miss you..
Really.. really bad.."

Bandung, 6 Juli 2017
Salam,
Risma Dwi MW

Tuesday, April 25, 2017

Pengalihan pengerjaan tugas

Bubbly-Blog,

Beberapa waktu lalu Saya ada tugas.

Tugas ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan dengan cara diketik.

Untuk pembukaannya sih udah selesai, sekarang tinggal isinya.

 

Kemudahan mengerjakan isi tersebut adalah, tinggal lihat di internet.

Kesulitannya adalah, ternyata tidak semudah itu.

 

Walau yang lain bilang tugasnya tinggal salin-salin aja, tapi ketika Saya memulainya, kok rasanya enggak semudah salin-salin-aja-ya.

 

Saya suka bercerita. Jadi, ketika cerita Saya dipindahkan ke dunia ketikan, tidak sesulit itu.

Tapi, ketika harus memulai mengerjakan hal yang sesuai dengan data, Saya.... ah.... rasanya tidak mudah.

 

Ini perasaan Saya aja, atau gimana?

Apa karena Saya tidak membayangkan hal ini sebelumnya ya?

 

Setelah menyelesaikan “pendahuluan”, kemudian Saya susah berpikir.

Belum menemukan kata-kata yang tepat untuk meneruskannya.

 

Dan kebiasaan yang Saya lakukan adalah melakukan sesuatu di dapur.

 

Betewe, ini hal yang cukup baru juga untuk Saya.

Entah tepatnya sejak kapan, kalau Saya terlalu banyak berpikir dan mumet, Saya cuci piring.

Memang sih, piring nya juga enggak banyak-banyak amat (kecuali kalau habis masak makanan yang ribet).

 

Untuk kebanyakan pikiran di tugas kali ini, setelah otak sulit meneruskan untuk berpikir, Saya cuci piring dan potong kentang.

Padahal Saya belum ada kepikiran besok akan masak apa. Cuma entah mengapa rasanya Saya pengen aja motong kentang. Kebetulan adanya kentang sih di kulkas. Kalau ada yang lain mungkin Saya juga potong yang lain.

 

Pernah juga waktu itu melakukan hal yang menuntut berpikir keras.

Dan jam setengah 4 pagi, Saya cuci piring dan mulai masak.

Jam setengah 4 pagi. Masak. Padahal lagi enggak sahur.

 

Bagusnya si kebiasaan ini bukan cuci piring ya. Harusnya bersihin rumah kek, atau nyuci baju kek, atau mangkas tanaman misalnya.

Kayak kenalan Saya, kalau lagi galau dia beberes rumah. Walaupun itu jam setengah 2 pagi. Hebat.

 

Bandung, April 2017

Salam,

Risma Dwi MW

Thursday, April 20, 2017

Mood swing

Bubbly Blog, ah.. apa kabar?

Sebulan kemarin sungguh tidak produktif untuk menulis.

Padahal di bulan Maret lalu ada 3 bahasan kalau enggak salah inget.

Nanti Saya coba jabarkan di beberapa postingan ya.

Dan Maret itu Saya ikutan riweuh gara-gara si bangke di sono mau ngurusin pajak.

 

Baiklah, Kita langsung saja tanpa banyak lagi basa-basi.

 

Karena alasan satu dan lain hal, beberapa kali pernah dalam keseharian Saya memiliki mood swing, atau suasana hati yang berubah-ubah dengan cukup cepat.

 

Tersebutlah suatu hari di tanggal 14 Maret (inget tanggalnya).

Jadi, entah mengapa suasana hati di hari itu suntuk banget.

Rasanya kesal, dengan cuaca yang berangin sedikit mendung tetapi tidak hujan.

Saya juga enggak paham kenapa ujug-ujug begitu.

 

Sampai di suatu waktu Saya dapat pesan dari salah satu aplikasi obrolan yang Saya punya :

“Assalammualaikum, neng Risma apa kabar?

Aku Insya Allah mau umroh tgl 16 Maret”

 

Setelah dapet pesan itu, perasaan Saya langsung gembira dong.

Rasanya bawaannya seneng aja gitu.

Aneh sih memang.

 

Jadi gini, Saya cuma beberapa kali lah ketemu sama beliau, pertama kali ketemu, Saya juga kenalan sama Suaminya.

Dan kami pernah berbincang tentang kehidupan, rumah tangga, dan anak.

Semacam ada beberapa hal lah yang bisa Saya pelajari darinya.

 

Setelah beberapa kali bertukar pesan, hari itu Saya tutup dengan senyuman.

 

Begitulah..

Namanya juga mood swing..

Ada kalanya pasti setiap orang ngerasain begini, Bubbly-Blog..

 

Bandung, 20 April 17

Salam,

Risma Dwi MW

Saturday, February 11, 2017

Sedang enggak bebas-bebas amat

Bubbly-blog, pernah enggak sih, mencoba menutupi sesuatu?

Bukan karena itu hal yang jelek ya, tapi biar orang lain enggak tau apa yang dilakukan.

 

Sudah beberapa waktu ini, Saya berusaha untuk melakukan hal itu.

Sebetulnya enggak bisa dibilang rahasia juga sih, cuma Saya pengen orang-orang nanti liat hasil akhirnya aja.

 

Karena Saya beranggapan, orang mah enggak harus tau lah.

Lagian kalau mereka tau juga, enggak akan ngaruh apa-apa ini.

 

Kesulitannya adalah, ketika ada lebih dari 1 orang melakukan hal yang biasa dilakukannya dengan Saya, Saya tidak bisa lagi melakukannya dengan mereka setiap kali mereka minta.

Jadi terkadang, kata ‘janjian’ merupakan hal yang Saya hindari.

 

Dengan jadwal Saya yang.. hem.. bukan padat juga sih.. gimana ya..

Gini, dengan jadwal Saya yang tidak sebebas sebelumnya, Saya jadi harus memilih dan memilah untuk berbagi cerita seperti apa terhadap orang lain. Termasuk dengan karib-karib dekat yang kadang hal remeh aja bisa Saya ceritain.

 

Kegiatan Saya kali ini termasuk membatasi ruang gerak dan waktu sih.

Rasanya ingin komentar terhadap keseharian, tapi....

Ya itu tadi.. untuk apa?

Kebanyakan pada enggak mau tau juga *hahaha

 

Pernah beberapa kali karib Saya membuat Saya harus janjian dengan mereka. Cuma Saya ngerasa belum dapat jadwal yang tepat.

 

Eh, tapi ya, kalau semisal mereka bertanya dengan tepat tentang hal itu, Saya pasti akan bilang, “Iya”.

*ini kalau ada karib Saya yang baca tulisan ini, pasti mereka bertanya, “Apalah yang anak ini maksud?” hahaha...

 

Jadi Bubbly-blog, kalau sekarang Saya semakin menghindari kerumunan dari masa lalu, bukan berarti Saya semakin sombong, tapi karena.... ya yang Saya ceritakan, Saya sedang enggak bebas-bebas amat..

 

Bandung, Februari 2017

Salam,

Risma Dwi MW

Tuesday, January 17, 2017

Kekhawatiran kali ini

Bubbly-blog, Saya sedang merasakan situasi dimana sulitnya untuk berbaur kembali dengan hal baru.

Mungkin karena pada dasarnya, Saya termasuk orang yang kurang nyaman jika harus berhadapan dengan hal atau kegiatan yang baru kali ya.

 

Padahal, dengan kemampuan beradaptasi yang bisa dikatakan tidak sedikit, dulu Saya selalu bisa berbaur dimana saja dan kapan saja.

 

Kekhawatiran Saya saat ini adalah mendapat kenalan baru.

 

Hahahaha..

 

Jujur sih, Saya merasakan aneh ketika Saya harus merasakan khawatir dengan hal ini.

Bukan karena Saya gugup atau cemas untuk berbicara dengan orang lain ya.

Kemampuan komunikasi Saya cukup bagus kok (dan banyak yang mengakuinya).

Padahal ngomong dengan 1 orang tidak ada apa-apanya di banding ketika harus ngomong di depan ratusan orang seperti sebelumnya.

 

Lalu Saya berhasil menyimpulkan sesuatu..

Karena... Saya enggak mau mereka tau tentang Saya.

*eh gimana, gimana? Hahaha

 

Ketika ada 1 pertanyaan bisa dijawab dengan baik, besar kemungkinan akan ada pertanyaan lainnya yang menyusul dan minta di jawab dengan baik pula.

Satu pertanyaan, disusul oleh pertanyaan lainnya, disusul oleh pertanyaan lainnya lagi, dan pertanyaan lain lagi, dan lagi, dan begitu seterusnya.

 

Sesuai dengan postingan Saya di salah satu media sosial,

Saya akan berpikir ulang untuk menjawab pertanyaan,

“Disini tinggalnya nge-kost?

Memang orang-tuanya dimana?”

 

Ha.. ha.. ha..

 

Bandung, Januari 2017

Salam,

Risma Dwi MW

*and a few days later, i just did
*congrats Risma, you're making a friend
*nangismojok
 

Monday, January 16, 2017

Tahun 2017

Selamat tahun 2017, Bubbly-Blog..

Tahun ini.....

Rasanya enggak kayak tahun-tahun sebelumnya.

Eh, Saya lupa deh tahun kemaren gimana *mencoba mengingat

 

Saya mau ngebahas tentang tahun baru.

Beda sama tahun-tahun sebelum-sebelumnya.

Tahun ini Saya enggak ngerayain apa-apa. Lebih tepatnya enggak melakukan banyak kegiatan.

 

Ketika tengah malam kurang 2 menit, Saya bersiap-siap berdoa, berdoa, dan kemudian lanjut lagi nonton film yang Saya tonton sebelumnya.

Udah, gitu aja.

 

Biasanya terlihat sangat bersemangat keluar rumah buat liat pesta kembang api yang bahkan dari komplek aja keliatan, tahun ini enggak.

Ah, Saya masih suka dengan kembang api kok.

Ketika di media sosial ada yang memasukan video kembang api, tetap Saya tonton sampai selesai, tanpa diminta.

 

Mulai dari jam setengah 9 malam, entah siapa yang menghidupkan kembang api di komplek, Saya merasa berisik.

Mungkin ada anak-anak kecil yang duluan ngidupin kembang api, soalnya enggak kuat kalau harus begadang sampai jam 12 malam kali ya.

 

Terus si pesta kembang api itu berisik sampai setengah 2 pagi.

Setelah itu suara yang terdengar cuma letupan-letupan satu-dua kumpulan orang yang ngehabisin stok kembang api mereka.

 

Tahun 2017..

Kegiatan Saya sekarang setiap hari adalah pergi belajar.

Iya, setiap hari.

Eh, kecuali Sabtu, Minggu, dan hari libur merah kalender.

 

Udah biasa?

Udah biasa sih sekarang mah. Soalnya mulainya dari pertengahan Desember lalu.

 

Cuma, masih aja ada rasa terpaksa.

Hem.. gimana ya mendeskripsikannya...

Gini, mungkin karena setelah rehat di rumah, Saya jaraaaaang sekali keluar sore.

Sekarang, sore sudah harus melakukan sesuatu.

Bersyukur sih, karena kegiatan Saya di pagi hari tidak berubah.

 

Kesulitan yang Saya rasakan adalah mencari semangat.

Sudahlah, tidak usah membandingkan hidup dengan orang lain.

Saya enggak jauh beda dengan kebanyakan orang, mencari alasan.

 

Dan harapan Saya di tahun 2017 ini (dari jutaan harapan), adalah mencari semangat.

 

SEMANGAT, Bubbly-blog!!

 

Bandung, Januari 2017

Salam,

Risma Dwi MW