Friday, November 15, 2013

Cerita lain ketika hujan..

“Teh, payungnya teh?’
“Ayo teh, hujan.”
Wanita itu menggeleng sambil tersenyum dan masuk kedalam gedung besar itu terburuburu.
Hujan memang tidak turun dengan deras sih. Tapi tetap saja membuat basah.
“Edan jang, dingin nyak?”
Aku hanya mengangguk sambil tetap mencari orang yang mau menyewa payung yang aku punya.
“Payungnya a?”
“Berapa?”
“Tiga ribu we a.”

Hujan tetap turun.
Tidak ada tanda-tanda mereda, tidak ada tanda-tanda turun lebih lebat.

Aku mengikuti lelaki muda ini berjalan menuju arah utara.
Katanya sih tidak jauh. Tapi kami sempat berhenti ketika telepon genggamnya berbunyi.
Dari gaya bicaranya, sepertinya dia berumur 25-an keatas.

“Kembalianna ambil we nyak jang”
“Nuhun a.”
Lima ribu rupiah langsung aku masukan ke kantong kanan.
Mungkin itu tidak berarti banyak baginya, karena baru saja lelaki itu masuk ke mobil merah mewah yang warnanya masih mengilat.
Lumayan buat tambahan uang jajan. Kalau Ibu dibeliin gehu pasti seneng deh.

Ah, ada yang meratap melihat hujan.
“Teh, payungnya teh?”
Dia tersenyum lalu mengeluarkan payung merahnya.
Yaaah, aku kecewa. Mungkin teman-temanku juga kecewa.
Tapi ya sudahlah. Kata orang, rezeki gak akan kemana.
Aku melihat hujan dan orang yang lalu lalang. Hujan ini pasti akan membuat bocor atap rumahku. Maklum, rumah lama dan rumah jelek.
Tapi disisi lain, hujan ini salah satu rezeki yang tidak terduga.
Ngojek payung setengah harian, bisa buat makan sekeluarga 1 hari.
Makasih hujan.

***

Lima kurang sepuluh.
Mungkin setiap 5 menit sekali saya melihat jam tangan yang bergantung disebelah kiri.
“AAKKKK!! Angkotnya jangan ngetem lagi dong maaang”
Teriak saya dalam hati.
Sudah ke 3 kalinya angkot ini berhenti dititik yang mereka anggap akan menambah penumpang dalam mobilnya.
“Kiri”
Akhirnya sampai. Saya kasih uang selembar dua ribuan dan receh lima ratusan kepada sang supir.
Saya terobos saja hujan ini. Semoga hujannya bisa membuat pikiran saya lebih lega akibat pekerjaan suntuk di kantor tadi.

“Teh, payungnya teh?’
“Ayo teh, hujan.”
Saya menggeleng sambil tersenyum.
Takut terlambat, saya percepat langkah saya.

“Mbak ‘Monster University’ yang jam 17.05.”
“Berapa tiket mbak?”
“1”
“Monster University jam 17.05 1 tiket ya mbak. Silahkan.”
“Terima kasih”

Tujuh kurang lima belas.
Lobby ini masih ramai ternyata. Banyak yang mengurungkan niat untuk pulang atau bahkan pergi dari tempat ini.
Saya lihat langit sambil berpikir. Hujan tetap turun.
Tidak ada tanda-tanda mereda, tidak ada tanda-tanda turun lebih lebat.
“Teh, payungnya teh?”
Aa~ah.. Anak-anak ini masih mencoba peruntungan dengan menyewakan payung yang mereka punya.
Saya mengeluarkan payung merah yang saya punya.
Aduh, maaf ya adik-adik, membuat kecewa. Mungkin lain kali.

Saya jalan menyusuri hujan hingga naik angkutan umum dengan tujuan daerah rumah saya.
Dingin.. Ah, semoga hujan bisa membuat kepala saya juga dingin.
Terima kasih hujan.




Bandung, 15 November 2013

Risma Dwi MW

No comments:

Post a Comment