Selamat Agustus tanggal 7 ya, Bubbly-Blog.
Di Selasa ini, selain banyak hal yang terjadi secara mengejutkan (ah, sudahlah rasanya bingung saya memutar otak menceritakan hal itu seperti apa), ada hal yang ingin sekali saya ceritakan.
Sepatu :
se.pa.tu
[n] (1) lapik atau pembungkus kaki yg biasanya dibuat dr kulit (karet dsb), bagian telapak dan tumitnya tebal dan keras: -- kulit; -- rendah; -- tinggi; (2) sesuatu yg menyerupai sepatu
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/sepatu#ixzz22qM3gxY3
Ya, Bubbly-Blog, saya mau menceritakan tentang sepatu.
Saya termasuk ke penggila sepatu (selain penggila sendal jepit tentunya).
Oh, bukan. Bukan penggila sepatu dalam artian ngoleksi sepatu banyak dengan harga mahal.
Yang saya maksudkan adalah, seseorang yang kalau udah suka sama satu sepatu, dipakeeee aja terus sampai bulukan.
Nah, saya masuk kategori itu.
Tapi, sepatu yang saya suka adalah yang semacam kets.
(ya, walau dirumah saya punya sepatu hak tinggi juga sih)
Saking sukanya, saya pernah beli sepatu dengan merk yang sama, juga warna yang sama.
Sampai abang saya bilang saya sejenis MR. BEAN. Karena punya sepatu yang sama, dengan merek yang sama, juga warna yang sama, sebanyak 3 buah.
Sekitar tahun 2010, saat saya melakukan Praktek Kerja Lapangan, saya sering tuh, pake sepatu teplek lah, selayaknya wanita pekerja.
Hanya saja, saya bekel sendal jepit, karena saya hobi jalan, dan setiap hari ada aktifitas jalan. Jadi lebih memudahkan saya untuk jalan tanpa beban.
Dan saat itu saya tidak terbiasa pakai sepatu yang membentuk kaki. Mungkin karena dari kecil dibiarkan lepas pakai sendal atau sepatu biasa, jadi kakinya tuh melebar. Gitu deh kirakira.
Pengalaman 'musuhan' saya sama sepatu wanita itu bermula dari tahun 2009.
Karena, tahun 2009, saya pertama kali punya sepatu sedikit wanita-lah.
Sepatu biru dengan ukiran bunga berbenang warna gold (pengolahan bahasanya kacau sekali -.-").
Dari saya punya sepatu itu, sampai saya akhirnya pakai pertama kali di tahun 2010 (lah?! terus kenapa bilangnya musuhan dari tahun 2009?! ISH!! Ya sukasuka saya lah. Saya yang nulis yeee)
Suatu hari, salah satu keluarga saya datang dari Pekanbaru.
Sebagai tuan rumah yang baik, tentunya saya menemani mereka dong, berkeliling Bandung.
Diputuskan lah kami akan ke Kawah Putih (gak tau Kawah Putih?? Ya googling dulu dooong -.-")
Karena kayaknya saya gak mungkin pake sendal jepit biasa, saya pakailah sepatu-nan-ringan-warna-biru-dengan-banyak-gambar-bunga-pakai-benang-gold itu.
Selama seharian. Sehari loh. Hanya sehari. Sekali lagi ah, SEHARI. ok. sip.
Dan saat malam, sepatu itu jebol. Iya, jebol. Sekali lagi ah, JEBOL.
Saya pakai cuma SEHARI, dan sepatu itu JEBOL!!
Luar biasa sekali bukan?!
Nah, saat-saat PKL yang sempat saya jelaskan sebelumnya, saya pakai salah satu sepatu wanita yang saya punya. Dan itu robek... Dalam tempo waktu seminggu...
Padahal, saya pakai hanya saat dikantornya, yang notabene, hanya duduk, dan jalan paling banyak juga 5 meter-lah.
Robek...
Lalu saat saya di Wisuda 2010 yang lalu, saya (TERPAKSA) pakai sepatu wanita, dan setelahnya, kaki saya lecet. Wauuuw!!!
"Wisuda emang berapa tahun sih? Kok bisa sampai lecet begitu?"
Jangan tanya deh. Saya gak bisa jawab kalau itu.
Dan sampai saat ini, saya masih sedikit 'musuhan' sama si sepatu wanita.
Sempat beberapa kegiatan saya menggunakan sepatu wanita yang ada, tapi hanya saat acara saja.
Nikahan karib, beberapa Undangan saat jadi Pembicara, dan tentunya, saya bekal sendal jepit dooong..
Hingga sampailah di tadi malam, saya dan abang saya pergi ke salah satu supermarket-lengkap-yang-membuat-saya-pusing-saking-lengkapnya.
Lalu saya melihat ada sepatu (wanita) yang saat ini sedang banyak digunakan banyak pihak.
Saya cek deh. Dari mulai cukup apa tidaknya di saya, kelenturannya, warna nya.
Dan saya memutuskan membeli sepatu itu (disertai nanya pakar ahli ke-kece-an, abang saya).
Kenapa saya membeli sepatu itu? Karena ada rencana saya untuk ketemu klien di selasa ini (yang jadinya diundur).
Gaya aja gitu, ketemu klien rapih, sepatu oke. Semakin menambah kadar kece 124% (gak usah nanya kenapa 124%. Sukasuka saya lah angkanya)
Dengan berbekal beberapa menit dipakai setelah membeli, saya putuskan hari ini saya tidak membekal sendal jepit kecintaan saya.
Saat berjalan beberapa meter hingga depan komplek untuk naik kendaraan umum, kaki saya sepertinya mulai biasa.
Tapi, setelah jalan beberapa meter setelah turun angkot menuju kantor, sepertinya ada yang aneh.
Semacam ada yang mengganjal. Saya anggap kalau ini adalah proses 'pacantel' kaki dan sepatu-wanita-yang-baru-saya-beli-semalam.
Hingga saat dikantor....
KAKI SAYA TERNYATA LECET!!
Kelingkingnya, trus bagian belakang deket tumit. Padahal sepatunya longgar.
Aduh... belum juga ada beberapa jam. Kaki saya lecet uhuhuhu *gerogotinMeja.
=((
Untung saya ninggalin sepatu kets saya dikantor.
Sepertinya saya masih musuhan sama si sepatu wanita
ini dia nih! yang bikin gara-gara sama saya di selasa ini!!
"Terus ntar gimana pas ketemu Kliennya?"
Yaudah sih, pake kets aja.
Gue... Sepatu itu... END!!
Salam Selasa-ah-rasanya-sulit-untuk-dijelaskan Bubbly-blog.
Bandung, 07 Agustus 2012, 15.35 WIB
Risma Dwi MW