Wednesday, December 20, 2017

Cerita lain tentang salon

“Falira, dua nih!”

“Iya Bu, siap!”

 

Kedua wanita itu masuk keruangan paling ujung.

“Pagi Mbak, creambath ya? Di cuci dulu yuk”

Aku melihat Farah langsung mencuci rambut pelanggan Kami yang satu lagi.

 

“Mau pake apa Mbak?”

“Aduh, Aku masih bingung nih. Bagusnya apa ya?”

“Masalah rambut Mbak apa?”

“Rambutku ujungnya bercabang gitu, Mbak. Kering-kering gitulah”

“Rambut kering cocoknya strawberry atau alpukat. Mbaknya rambutnya suka diwarnain enggak?”

“Udah lama enggak sih, Mbak. Tapi biasanya Aku diwarnain”

“Untuk rambut yang suka diwarnain cocoknya strawberry”

“Ya udah deh, itu aja”

“Mau pake serum untuk ujung rambut bercabangnya enggak?”

“Enggak usah deh, Mbak. Aku juga mau sekalian dipotong sedikit ujungnya nanti.”

“Sip”

 

Mbak ini adalah pelanggan pertamaku di hari ini.

Aku sudah bekerja di salon ini sekitar 5 tahun.

Tugasku adalah creambath dan lulur, sama seperti tugas Farah.

Dibawah jam 11, salon memang sedang jarang sekali ada pengunjung.

Salon biasanya ramai diatas jam 3 sore.

Apalagi kalau hari biasa seperti ini, ramainya setelah jam pulang kantor hingga malam sebelum tutup.

 

Kalau pertanyaannya mengapa Aku lebih memilih bekerja di salon, bukan karena Aku bercita-cita ingin punya salon sendiri dan belajar dulu. Tapi, Aku yang hanya belajar di sekolah sampai SMP ini tidak bisa bekerja di perusahaan besar seperti orang lain.

 

Sebelum pelanggan pertamaku datang, Aku sempat ngobrol dengan Farah.

“Kamu mau terus-terusan kerja disini, Lir?”

“Kayaknya enggak sih. Cuma enggak tau sampai kapan aja disini. Belum ada rencana. Kamu?”

“Aku mau buka salon sendiri ah. Kayaknya enak kalau jadi kayak si Ibu”

“Memangnya tau, berapa uang biar bisa buka salon sendiri?”

“Enggak sih. Tapi pasti mahal”

“Kamu punya uangnya?”

“Enggak. Aku kan cuma kepengennya gitu, Lir.”

“Ya kalau Kamu punya cita-cita, nabunglah dari sekarang”

“Tapi mau nabung juga enggak bisa banyak kan. Orang-orang kayak Kita yang pemasukan pas sama pengeluaran. Berharap pemasukan lebih juga cuma dari tips yang dikasih pelanggan aja. Aku mau nabung sampai berapa puluh tahun ya....”

Aku hanya tersenyum.

Aku kerja 2 tahun lebih dulu dibandingkan Farah.

Aku yang memberi tahu Farah cara berbicara dengan pelanggan, tempat serum dan segala cream, teknik membilas agar tidak terlalu banyak air yang terbuang tapi tetap bisa bersih, dan lain-lain.

 

Sambil memijat kepala pelangganku, Aku jadi sempat berpikir, sampai kapan ya Aku kerja disini?

Rasanya Aku tidak memiliki cita-cita yang ingin Aku kejar.

Dulu ada sih, cita-citaku hanya ingin menjadi anak kuliahan. Udah, itu aja.

Tapi, gimana mau bisa jadi anak kuliahan, SMA aja Aku enggak nerusin.

Kalau Ibu Bos enggak maksa Aku untuk ikut paket C tahun lalu, Aku udah males belajar-belajar lagi.

 

“Eh, kemaren Aku ketemu sama Ramon”

Pelanggan Farah mulai berbicara dengan pelangganku yang merupakan temannya.

“Oiya? Dimana?”

“Waktu Aku ke rumah Tika”

“Tumben Dia ke Tika juga? Jadi, mereka beneran pacaran?”

“Pacaran? Pacar Tika kan bukan Ramon. Lagian memang Kamu enggak tau gosipnya?”

“Gosip apa?”

“Ramon kan punya pacar juga. Laki.”

“Se..ri..us?”

“Iya. Aku dengernya sih gitu.”

“Dengernya gitu, atau memang gitu?”

“Dengernya sih.”

“Yeee.. Kirain Ramonnya cerita”

“Bukan gitu. Dia kan lagi deket banget sama Boy-can – Boy-can itu.”

“Boy-can temen kantornya?”

“Iya. Liat deh foto-foto Instagramnya. Kemana-mana sama Boy-can. Fotonya juga tuh udah bukan kayak sekedar temen. Kan kalau sesama lelaki terlalu deket bukannya pada geli ya? Tapi mereka enggak tuh.”

“Kenapa enggak nanya aja? Kan biar pasti”

“Aku mau sih ngebahas itu kemaren sama Tika. Tapi, takut Dia kesinggung.”

“Ya kalau Dia kesinggung karena Kita enggak tau kan tinggal minta maaf. Terus enggak usah ngebahas hal itu lagi.”

“Iya juga sih.”

 

Hal yang Aku suka dari menjadi pekerja disini adalah, Aku bisa dapat informasi mengenai banyak hal.

Dari mulai ilmu baru, gosip baru, segala jenis sifat dan karakter orang lain.

Mungkin itu kenapa Aku tidak punya cita-cita tinggi. Karena Aku sudah mendapatkan hal yang kusukai dan dapat bayaran dari hal itu.

 

_rdmw_