Saturday, November 25, 2017

Cerita lain tentang konser

“Jun, sabtu ini nge-event enggak?”

“Enggak, sabtu depan. Kenapa emang?”, Aku mengangkat telepon salah satu teman dekatku ketika kuliah dulu sambil membaca beberapa proposal yang akan dipilih untuk di presentasikan nanti siang.

“Gue punya tiket lebih nih, dateng yuk.”

“Sabtu sekarang ya? Gue rada males sebenernya. Emang event dimana?”

“Iya sabtu sekarang. Jangan males dong. Bantuin Gue ngapa. Dateng doang pun”

Aku menghela napas sedikit panjang.

“Yaudah Gue dateng. Dimana? Jam berapa?”

“Yes! Thanks hani-bani-suiti.. Nanti Gue chat si tempatnya. Ketemu ntar sore ya.. Daaaah”

Nana sudah memutuskan sambungan telepon di ujung sana tanpa sempat Aku jawab.

 

Aku dan Nana merupakan teman kuliah yang memiliki minat yang sama.

Dan Kami pun sekarang bekerja pada bidang yang sama, walaupun beda perusahaan.

Kami merupakan salah satu pengurus EO. Jika disuruh untuk menceritakan jabatan, entahlah bagaimana harus menceritakannya. Karena baik Nana ataupun Aku adalah Team Leader.. atau pemimpin tim.. atau orang yang paling sering disuruh Bos untuk ini dan itu.. juga orang yang paling sering memimpin meeting.. terkadang orang yang disuruh buat presentasi.. dan terkadang disebut sebagai orang yang paling rakus kerjaan.

 

“Jun, proposalnya udah disiapin?”

“Udah Bos, yang ini.” Aku menyerahkan tumpukan proposal kepada Bos ku yang mendatangi mejaku.

“Kamu yang presentasi ya”

Sudah kuduga.

Aku lalu mengikutinya ke ruang rapat sembari membaca pesan yang dikirimkan Nana kepadaku.

 

Meeting selesai lebih lama dari dugaan.

Aku pun sedikit terburu-buru bersiap untuk langsung menuju ke tempat yang diberitahukan Nana.

 

“Kok lama siiiih?? Gue udah nungguin.. Mana ditelepon enggak diangkat.. Gue pikir Lu enggak bakalan dateng”, Nana berkata dengan sedikit manyun.

“Sori, sori.. Baru banget beres meeting, Gue langsung kesini. Emang siapa aja pengisi acaranya?”

Aku bertanya sambil mengikuti Nana melewati pintu VIP.

“Lu dapet tiket VIP dari Gue. Sekarang Kita langsung duduk di depan. Yuk!”

 

Ketika acara sudah mulai, Nana berbisik bahwa dia harus mengecek sesuatu dulu.

Aku tau hal itu akan terjadi. Mustahil bagi kami-kami ini untuk duduk diam jika acara berlangsung. 

Aku pun tidak akan merasa aneh jika Nana nanti tiba-tiba hilang atau tiba-tiba muncul lagi di tempat duduknya.

Aku pun mengangguk.

 

Setelah setengah jam berlalu, Aku mendengar intro sebuah lagu yang tidak asing ditelingaku.

Aku terpaku.

“Selamat datang, perkenalkan Kami..~..”

***

5 tahun lalu,

“Keren amat ini Band. Suka Gue aaakkk!!”

“Serius Lu suka? Sepupu Gue kenal sama vokalisnya. Kita kenalan yuk. Kali aja nanti pas bikin acara Kita bisa ngundang mereka juga”

 

“Hai, Gue Varel”

“Nana”, Nana menjulurkan tangannya setelah dikenalkan oleh Dian, sepupunya yang merupakan teman sekolah Varel, vokalis Band ini.

“Juni..”, ucapku sambil sedikit menganggukan kepala.

“Sekalian nih, kenalin member yang lain. Ini Igun di gitar, Opik di drum, sama.. hem.. itu tuh satu lagi yang duduk dipojokan megang hape, Juna di bass”

***

“Juna...”, suaraku seperti keluar dengan sendirinya. Otakku memerintah tanpa keinginanku.

Walau di tempat konser ini suaranya begitu menggema, tapi rasanya Aku masih bisa mendengar dengan jelas nama yang baru saja kusebutkan di otakku.

***

“Kita diundang ke Kampus sebelah nih?”

“Diundang? Sama siapa?”, Aku yang ingin cepat pulang tiba-tiba ditahan oleh Nana.

“Sama Varel..”

“Varel? Diundang atau Lu yang maksa minta diajak?”, ucapku sedikit sinis.

“Ya pokoknya itulah. Temeniiiin.. ya.. ya.. ya..”

 

Walau dengan terpaksa, ketika Varel dan bandnya tampil, Aku tetap menikmati pertunjukan mereka.

Entahlah bagaimana awal mulanya, cuma sejak saat itu, Kami berdua selalu datang setiap Varel dan bandnya melakukan pertunjukan. Dan setelah pertunjukan, Kami memiliki kartu akses bertuliskan “CREW” bagi bandnya Varel.

Dengan seringnya bertemu, semakin intens pula penceritaan Nana tentang “Varel ini.. Varel itu.. Varel ternyata.. dan Varel blablabla..”

“Lu suka banget ya sama Varel?”, tanyaku pada Nana.

“Hah?! Kok Lu bisa tau?”

“Keliatan jelas banget, Na!”

Nana sedikit tersipu malu.

“Oiya! Lu enggak kepikiran suka sama siapaaa gitu di band?”, ucapnya kemudian.

“Kenapa mesti suka sama yang di band?”

“Soalnya ada yang suka sama Lu..”

“Suka sama Gue? Siapa?”

“Juna..”

***

Sudah lama rasanya Aku tidak mendengarkan lagu ini. Sekitar 4 tahun lalu seingatku terakhir menyanyikannya.

Suara varel tetap tidak berubah. Pesonanya Igun tetap sama. Opik pun seperti tidak bertambah tua di wajahnya. Dan Juna.....

***

Sejak Nana memberitahu ada salah satu member yang menyukaiku, Juna mulai mencoba mendekatiku.

Hampir setiap hari kami bertukar pesan, dan setiap kali ada kesempatan ketika Nana dan Aku menemui band mereka dibelakang panggung, Juna pasti duduk disamping atau di depanku. Seperti terang-terangan melakukan pendekatan agar semua orang tau bahwa dia memang mendekatiku.

Bukannya Aku merasa risih, hanya saja band mereka sudah memiliki fans sejak awal. Paras para member yang bisa dikatakan cukup menarik membuat fans mereka cukup protektif.

Untung saja Nana selalu berhasil mendapatkan kartu identitas “CREW” sehingga fans tidak akan curiga walau Juna selalu mendekatkan dirinya padaku disetiap kesempatan.

***

Dan Juna..

Seperti biasa, berada didunianya sendiri setiap dia sudah bersama bass-nya.

Kadang ikut bernyanyi sambil menikmati lagu dengan menggoyangkan kepalanya sesuai dengan irama.

Seselesainya Varel menyanyikan 2 buah lagu, dia menyapa para penggemarnya.

Perbedaan yang terasa antara saat ini dan 5 tahun yang lalu adalah, Band Varel sudah sangat terkenal. Fanbase nya ada di setiap Kota. Bahkan sudah sulit jika mau mengundang mereka mengisi acara setiap Aku dan Nana menghubungi Manajer mereka karena jadwal yang padat.

Ketika Varel akan melanjutkan bernyanyi di lagu berikutnya, Juna melihat sekeliling.

Dan mata kami bertemu...

***

Sudah 2 hari ini Juna tidak menghubungiku. Aku bukanlah wanita yang posesif. Terlebih Juna belum meresmikan-apapun-hubungan-kami-ini. Tapi Nana memberitahukan bahwa Juna sedang ada disalah satu cafe bersama dengan member yang lainnya. Nana mengajaku untuk ikut kesana.

Juna melihatku sedikit kaget dan lalu tersenyum senang ketika Aku datang.

Tapi ada sedikit hal yang berbeda disana.

Ada dua wanita yang bukan sebagai kru atau bagian dari band yang biasa ku kenal.

“Juni! Sini.. Aku ingin mengenalkanmu..”

Aku mendekatinya, sementara Nana dan member yang lain sibuk dengan obrolan mereka masing-masing.

Aku duduk dihadapannya.

“Aku yakin, Kamu pasti akan menjawab ‘IYA’”

“Pertanyaannya memang apa?”, ujarku sedikit tersenyum.

“Mau jadi pacarku?”

Hatiku terasa hangat. Rasanya senang.

Belum selesai Aku menjawab, ada hal yang membuatku penasaran.

“Hem.. Mereka siapa, Jun?”

“Pacarku..”

“Hah? Gimana?”

“Mereka berdua ini adalah pacarku. Mereka fans yang bersedia untuk berbagi asal mereka dekat denganku dan pacaran denganku”

“Jun.. Kamu serius?”, tapi tidak ada kesan becanda pada kalimat maupun raut mukanya.

“Aku serius. Dan kamu juga pasti fansku kan, yang bersedia menjadi apapun asal dekat denganku” 

Otakku tiba-tiba blank. Aku tidak tau harus merespon seperti apa.

Apa Aku harus marah? Tersenyum? Menangis dengan penuh drama? Atau bagaimana?

Aku berdiri dari tempat dudukku dan meninggalkan cafe itu tanpa berkata apa-apa.

***

Intro gitar sudah dimulai. Suara drum pun sudah mulai masuk. Seharusnya alunan bass mengikuti.

Kami masih saling bertatapan. Juna melihatku dengan terdiam ditempat.

Aku tidak bisa menceritakan ekspresi atau reaksi ketika Juna melihatku diantara para undangan VIP itu.

Karena memang pada dasarnya ternyata Aku tidak mengenal dirinya sama sekali.

“Juna! Juna!”, Varel meneriakan namanya beberapa kali tanpa menggunakan mic sebagai tanda agar suara bass masuk kedalam melodi lagu yang akan dibawakan.

Aku pun berdiri, dan meninggalkan tempat itu.. dengan perasaan yang sama seperti 4 tahun lalu ketika terakhir kali bertemu dengannya.

 

_rdmw_