Dear Bubbly-Blog..
Beberapa hari yang lalu Saya nonton salah satu drama serial Korea rekomendasi dari salah satu temen baik Saya.
Kalau orang-orang berpendapat itu film lucu banget, Saya berpendapat sedikit berbeda.
Oh bukan.. Itu film memang lucu kok.
Hanya saja, untuk Saya, itu film greget.
Saya nontonnya sambil gregetan.
Dan gratil mau Saya bahas tentang film itu berdasarkan pendapat Saya.
Sedikit Saya ceritakan isi filmnya (dan mungkin akan spoiler).
Jadi, ada 4 karakter utama di cerita ini.
Wanita biasa aja (cenderung dianggap jelek, wanita pertama),
Lelaki ganteng (temen kecil wanita pertama, lelaki pemeran utama),
Wanita cantik (temannya wanita pertama sejak kecil dan hidup serumah),
Lelaki usil (teman kantor wanita pertama, pemeran pendamping lelaki).
Saya enggak akan bahas secara detail per episode ya.
Dan, ini hanyalah pendapat Saya.
Dengan ending yang begitulah... (Saya beranggapan kalau pemeran pertama wanita dan pemeran utama laki-lakinya bersatu, tidak ada twist ending, akan menjadi sangat mainstream)
Dan bener aja mainstream.
Eh untuk Saya sih.
Saya sampai kesel sendiri, soalnya kenapa enggak gini, kenapa enggak gitu.
Dengan waktu Saya kemarin belum tidur sekitar 29 jam, jadi semakin membuat kepala dan hati meledak enggak karuan.
Ketika Saya bersiap akan tidur pun jadi enggak bisa langsung tidur soalnya masih kesal *hahaha.
Tapi beberapa teman Saya bilang, peran wanita pertama dan karakter lelaki utama lebih cocok, dibanding dengan lelaki pemeran pendamping.
Dan kata mereka, Saya beranggapan si wanita pertama cocoknya sama lelaki pendamping adalah karena Saya lebih suka dia dibandingkan si lelaki pemeran utamanya.
Lagian siapa suruh lelaki pemeran pendamping lebih macho *hahaha
Dia lebih LAKI gitulah dibanding pemeran utama lelakinya.
Dan dengan harapan twist ending, dan berekspektasi terlalu tinggi, Saya kurang cocok sama endingnya.
Ah, tenang aja.. Endingnya bahagia kok antara pemeran wanita pertama dan pemeran lelaki utama.
Dan tiap Saya ngeliat si pemeran pendamping sedih, semacam ikut sedih gitu.
Melihat dia harus patah hati berkali-kali, makanya Saya greget.
Jadi, walau orang itu baik, perhatian, rela berkorban, tapi bukan peran utama, selamanya hanya jadi peran pendamping.
Sekian.
Bandung,19 September 2016
Salam,
Risma Dwi MW
Bahkan, setiap Saya inget film itu, Saya masih bisa aja kesel.
Dampak kayak gini udah enggak sehat sih kayaknya =_=''
Monday, September 19, 2016
Tentang pemeran pendamping
Subscribe to:
Posts (Atom)