Sunday, February 28, 2016

Cerita lain tentang Ulang Tahun

“Selamat pagi, Bayn Sayang. Bangun dong. Kamu enggak akan kerja, Sayang?”

 

Mataku langsung terbelalak.

Aku terkejut!

Jam di mejaku menunjukan pukul 3.15 pagi.

Dan ya, kamarku kosong.

Suara itu hanyalah mimpi semata.

Kubangunkan tubuhku.

Mungkin lebih baik Aku mengambil segelas atau setengah gelas air bolehlah, untuk kuminum.

 

Perkenalkan, namaku Bayn Yusuf.

Usiaku 35 tahun.

Dan masih sendiri.

Maksudku... belum menikah.

 

Aku adalah seorang Kepala bagian disebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa.

Sudah memiliki rumah sendiri, memiliki sebuah motor, sebuah mobil, dan menjadi korban bully teman-teman dekatku.

 

Sebelumnya kuperkenalkan sekilas saja tentang  teman-temanku.

Aku memiliki 8 orang teman dekat.

5 perempuan dan 3 orang lelaki.

Kami berteman dekat sejak kuliah.

Dan ya, Mereka semua sudah berkeluarga.

 

Sebenarnya Aku tidak begitu menggebu-gebu untuk menikah.

Tapi bukan berarti Aku tidak ingin menikah ya.

Karena Kakekku bukan berasal dari Indonesia dan saudara Kakek ada beberapa yang berusia 40 lebih baru menikah, membuat keluargaku tidak menuntutku untuk sesegera mungkin memiliki istri.

“Jodoh pasti akan datang, Bayn. Sabar saja”, Nenekku selalu berkata seperti itu.

 

“Apa mungkin Kamu suka sesama, Bayn? Tapi enggak sadar atau mungkin enggak mau ngakui?”

Dwima, adalah salah satu sahabat dekatku. Dia merupakan tempat curhat sejuta umat, termasuk Aku dan semua teman dekatku sejak Kami kuliah dulu.

“Amit-amit Wi. Enggaklah. Aku masih suka perempuan kok. Kamu taulah perempuan yang dekat sama Aku dulu siapa aja. Bahkan Aku sempat suka sama Anita.”

Anita adalah salah satu teman dekat Kami juga.

“Mungkin dulu sama sekarang... beda..?”

“Enggak Wi, bener deh. Aku masih suka perempuan.”

Dwima menghela napasnya sedikit panjang.

“Lagian kalau suka sesama enggak ngebuat Kita jadi ngejauh, Bro”

Dwima memandang Tama, suaminya, yang juga kebetulan salah satu teman dekatku.

“Eh, ini Aku konteksnya serius loh, Sayang. Kita enggak akan berubah kan, Bayn suka siapa aja dengan jenis apa aja...”, ucap Tama seperti membalas tatapan Dwima yang seolah berkata obrolan-ini-bukan-bahan-becandaan itu.

 

“Terus kenapa tiba-tiba ngebahas ini, Bayn? Biasanya kan enggak peduli”

“Jangan-jangan Mamah-Papah udah nanyain? Udah minta Cucu?

Tinggal bikin sih Cucu mah kan enggak harus nikah dulu hahahaha”

“Sayang, mendingan Kamu masak kek, nyebrangin orang tua kek, jualan rengginang kek sana.
Aku lagi ngobrol serius loh ini”, Dwima melemparkan pandangan paling sinis dan galaknya ke arah Tama.

 

Aku sempat ikut tertawa karena omongan Tama.

Tapi melihat mereka berantem sambil becanda ini membuat suntukku hilang.

Iya juga ya. Entah kenapa tiba-tiba Aku curhat masalah yang selama ini sebenarnya tidak begitu menggangguku.

 ***

“Met milad, Bro!

Hari ini kumpul di Turbo jam set2 ya.

Anak-anak juga mau pada dateng.

Dwima udah bikinin kue”

 

Ah, iya.

Ini hari ulang tahunku.

Terbesit kesedihan diotakku.

Eh, kenapa Aku harus sedih?

 

Kuambil telepon genggamku dan menghubungi Mamahku.

“Selamat ulang tahun, Nak. Terus kapan ke Singapur lagi?”

“Bawa Istri dong, Bang”

“Aduh, Dia ngeluarin kata keramat”

“Ba.. ba.. baaa.. baaaaaaaa....”

Dan kemudian Jerry, Anak dari Adik perempuanku menangis.

 

Dan selalu seperti itu setiap Aku dan keluargaku berhubungan melalui Video Call.

Adikku menikah dan ikut suaminya tinggal di Singapura.

Dan 6 bulan lalu Mamah dan Papah memutuskan untuk tinggal juga disana.

Kami memiliki 3 tempat tinggal yang bersebelahan disana. Peninggalan Kakekku dulu.

 

“Iya, terima kasih atas semua doa dan perhatiannya ya gengs.
Sekarang, Aku mau mandi dan nyari Istri dulu. Kali aja ada yang beli satu gratis satu.

Daaaah”

Aku masuk kamar mandi setelah puas tertawa dengan keluargaku.

“Selamat, Bro! Ulang tahunnya udah. Istrinya kapan?”

“Tuhkan! Aku udah yakin loh, Bayn, anak-anak pasti nge-bully Kamu hahaha”

“Habisan Kamu mukanya minta di bully, Bro!”

“Aku tau deh make-a-wish-nya. Pasti jodoh!”

“Pasti, ‘Tuhan, karena telat, jadinya double ya’ hahaha”

Aku ikut tertawa.

“Atau Kamu suka sesama kali, Bayn?”

“Udah-udah. Kuenya dipotong dulu dong. Ala-ala anak muda gitu”, Dwima mengalihkan pembicaraan.

 

“Oke. Oke. Gini deh,

Kalau ada disini, perempuan, yang ulang tahun juga, Aku nikahin. Aku jadiin istri. Hahahaha”

“Waaah! Bener ya?!”

“Iya, bener..”

“Serius?!”

“Wah! Parah Bayn hahaha”

Teman-temanku heboh.

“Selamat ulang tahun.. Selamat ulang tahun.. Selamat ulang tahun Nila.. Semoga panjang umur..”

“Happy Birthday, Nila! Yeeeeaaayyy!”

Terdengar lagu ulang tahun dinyanyikan berselang dua meja dari Kami.

Sebuah kue berlilin angka 2 dan 6 dibawa oleh salah satu pramusaji.

Aku dan teman-temanku saling pandang.

***

“Jodoh pasti akan datang, Bayn. Sabar saja. Tapi...  Hati-hati dengan ucapanmu”, Aku lupa dengan pesan lengkap Nenekku.

 

_rdmw_

Saturday, February 13, 2016

My 26

Hai Bubbly-Blog..

Selamat Februari..

 

Saya mau berbagi cerita tentang hal yang terjadi ketika Saya tambah umur.

Ketika itu, Saya memutuskan untuk bertemu, makan dan berbincang dengan beberapa orang yang dekat dengan Saya.

Sebenarnya sih tidak ada yang spesial ya.

Cuma mau makan dan ngobrol ngalorngidul aja.

 

Saya bukan mau nyeritain gimana-gimana nya, Saya mau nyeritain si beberapa kado yang Saya dapat.

 

Pertama adalah, Caca.

Sebenarnya namanya bukan Caca. Caca adalah nama kucingnya.

Karena Dia suka dengan nama itu, di kampusnya yang sekarang, Dia mengenalkan dirinya dengan nama Caca.

Singkat cerita, Dia memberi kado cokelat batang dan kue tart mini dengan hiasan jamur.

Awalnya Saya enggak tau kenapa Dia ngasih Saya dua benda itu.

Sampai Dia menjelaskan,

1. Cokelat batang :

Waktu itu Kami berbincang tentang makanan (banyak sih yang diobrolkan. Bukan cuma makanan aja), sampai di topik tentang cokelat. Saya bilang, “Eh Kakak pengen nyobain Cokelat Chunky Bar yang segede gaban itu tau enggak, Dek? Yang panjangnya semeter kalau enggak salah. Tapi waktu itu liat harganya dua ratus ribu.”

Dan katanya, Dia ingat perbincangan Kami waktu itu (yang kebetulan sekitar belum begitu lama). Dan Dia ngebeliin Saya cokelat.

She said : Tadinya mau ngebeliin yang lebih besar, Kak. Tapi, sehubungan kantong mahasiswa lah ya.. dan akhir bulan, jadi Adek beliin yang ini aja

 

2. Kue tart mini dengan hiasan jamur :

Saya suka dengan jamur. Lebih tepatnya bentuk jamur. Karena lucu aja, bertopi gitu. Tapi sukanya tuh bukan yang menggebu gitu. Dan Dia ingat akan hal itu.

 

Berikutnya adalah Salah satu karib Saya sejak.. hem.. sejak kapan ya..

Saya aja bahkan sampai lupa Kami bisa dekat itu kenapa.

Singkat cerita, Kami kenal karena sama-sama anak bawang di organisasi.

Maksudnya, karena waktu tahun pertama belum menjadi pengurus organisasi, cuma suka bantuin Kakak-kakak kelas yang udah jadi pengurus.

 

She said : Sebelum dibuka, Aku mau bilang dulu. Aku enggak mau tau. Kamu harus pake barang ini. Ini Aku beliin buat dipake. Pake ya

 

Ya, Dia mengucapkan kata “pake” begitu banyak. Untuk menekankan bahwa benda yang nantinya Saya ketahui setelah membuka bungkus kadonya harus digunakan.

 

Dia memberi Saya talenan.

Iya, talenan. Yang alas untuk mengiris sayur, buah, atau daging itu.

 

Saya suka memberantakkan dapur. Dan memang membutuhkan talenan.

Tapi... Talenan yang Dia kasih itu berpola Hello Kitty.

Saya suka dengan pola Hello Kitty sejak kecil, sejak Saya masih bayi.

Sukanya pake BANGET!

BANGETnya pake capslock!

 

Jadi, pergulatan hati Saya adalah, Saya enggak mau pake talenan itu karena itu bagus. Dan malah sayang kalau misalnya jadi rusak terkena goresan pisau.

Pokoknya, ada kegalauan dihati ini tentang talenan itu.

 

Selanjutnya, keesokan harinya, salah satu karib Saya yang lainnya datang.

Karib yang masuk 10 tahun pertemanan dan keakraban Kami.

Di minggu sebelumnya, Kami berbincang di telepon (setelah selesai ngomongin orang, tentu aja =D).

She said : Aku mau ngasih sesuatu sama Kamu. Sebenernya udah lama sih mau ngasihnya. Tapi nanti aja deh ya, sekalian aja buat kado pas Kamu ultah.

Jadi, ketika Dia datang, “Aku bawain iniiiii..... Waktu itu Aku teh di beliin ini sama Mamah. Terus kata Aku teh enak. Jadi Aku suka langganan gitu. Dan Aku tau Kamu pasti suka”

Dia bawain Saya Soto Bandung.

Iya, Soto Bandung.

 

Jadi, beberapa tahun silam, Saya pernah makan Soto Bandung buatan Mamahnya di rumahnya. Dan Saya suka.

Semenjak itu, Saya suka nanyain kapan Mamahnya masak Soto Bandung lagi, soalnya Saya mau numpang makan disana (enggak tau diri =D).

 

Hadiah berbentuk barang lainnya, baru Saya terima hari ini.

Salah satu Karib Saya yang lain datang.

Saya sudah dapat info sih Dia mau mampir.

Dia ngasih Saya kotak yang cukup besar, dengan kertas kado bergambar Doraemon, dan enggak semua kotaknya ketutupan.

 

Saya : Naon ini mah, naha enggak ketutupan semua?

Dia : Enggak ada lagi kertas kadonya ai maneh. Buka atuh ih buka sekarang

Saya : *buka kado pelan-pelan biar enggak robek

Dia : Naon atuh euy meni gitu bukanya. Sok-sok pelan-pelan. Robek we atuh

Saya : Nanti main asal buka, robek, urang deui nu disalahkeun

   Apa ini isinya gambar Hello Kitty tapi kertas kadonya Doraemon

Dia : Eweuh deui sateh. Urang udah menyiapkan jawaban karena tau maneh pasti akan menanyakannya hahaha

Saya : Meni sampai penyok gini kotaknya

Dia : Maneh mah ya! Kemaren Gue hujan-hujanan gara-gara ini. Nya atuh penyok dikit mah bae atuh. Baguskaaan.. Ada dua pasang. Ibu rumah tangga banget kan. Tupperware pula. Pas urang liat gambarnya ya, urang pikir segede tempat sayur buat di rumah gitu. Eh, ternyata misting. Bae lah nyak.

Saya : Iya. Bagus. Makasih yaaa

Dia : Hem.. Aku beli lah ya, sepuluh ribu, gimana?

Saya : Maneh mah! Ongkoh ngadoan, tapi hayang di beuli. Kumaha sih?!

 

Ya... Kita memang hobinya berdebat dan berantem enggak jelas gitulah.

 

Dan yang paling bikin saya mengernyitkan dahi adalah,

“Ucu ndak? Cu anet? Mez?”

 

MAKSUDNYA :

“Lucu enggak? Lucu banget enggak? Gemes enggak?”

 

Pergaulannya di Kota Megapolitan itu mungkin salah =’(

 

Diluar dari Kado berbentuk benda, Saya menerima Kado berbentuk ucapan.

Terima kasih untuk semua yang mengucapkan, mendoakan.

Baik yang melalui aplikasi obrolan, media sosial, maupun pesan singkat dan telepon.

Terima kasih juga untuk doa-doa yang mungkin tidak tersampaikan melalui ucapan.

 

Alhamdulillah..

Bandung, 13 Februari 2016

Salam,

Risma Dwi MW

 

*ada beberapa orang yang mengucapkan melalui media sosial yang membuat Saya sedikit kaget. Karena tidak terpikir mereka akan mengucapkan dan mendoakan. Ceritanya Saya share lain kali ya..